A.
Mempelajari
dan Mentransformasikan
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan. Seni mengajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung.
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan. Seni mengajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung.
B.
Hubungan
Pikiran
Pembelajaran, seperti halnya aktivitas pertanian dan
penyembuhan, adalah seni kerjasama yang membantu alam melakukan apa yang dapat
dilakukannya sendiri, meski tidak mungkin selalu baik hanya dengan itu.
Beberapa individu yang luar biasa telah mengakuisisi tindakan belajar yang luas
dan wawasan yang mendalam, meski dengan sekolah formal sangat sedikit.
Kebanyakan siswa dalam proses belajar menjadi lebih pasti dan kurang
menyesakkan ketika dibantu oleh guru. Cara guru memandu dan metode kerjanya
membuat belajar siswa menjadi lebih muda dan efektif. Ini lah seni mengajar,
yang tidak mungkin ditemukan pada prose salami kehidupan alam organic
Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara pikiran
seseorang atau sekelompok orang dan pikiran seseorang atau sekelompok orang
lainnya. Guru tidak sama dengan buku yang bisa “berbicara” atau sebuah piringan
hitam animasi yang bisa menyiarkan substansi pembelajaran ke pemirsa yang tidak
diketahui. Siswa tidak mungkin dapat sepenuhnya bertahan dengan ensiklopedi,
piringan hitam, dan siaran TV; melainkan harus hadir dan bersentuhan melalui
hubungan dengan gurunya. Hubungan seperti ini adalah hubungan dua arah. Guru
memberikan dan siswa menerima bantuan dan bimbingan. Siswa adalah “Subjek didik
atau murid”, yaitu mereka yang menerima dan mengikuti disiplin yang ditentukan
oleh guru untuk pengembangan pikirannya
C.
Seni,
Ilmu, dan Profesi
Banyak orang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu. Bagi
mereka, kegiatan mengajar harus berbasis
dan dipandu oleh ilmu. Yaitu menekankan kepada aspek ilmiah dalam kegiatan
pengajaran dan berfokus pada cara-cara melakukan sistematisasi komunikasi
antara guru dan siswa. Salah satu pendukung utama pendekatan pembelajaran
berbasis teknologi adalah B.F. Skinner. Skinner berargumen bahwa guru-guru
dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentransformasikan
material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika
masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik.
Banyak juga orang mengatakan bahwa mengajar adalah seni.
Orang-orang ini percaya bahwa memposisikan mengajar sebagai aktivitas “ilmiah”
memang dapat diformalkan, namun jika hal itu menjadi resep pendekatan yang
memaksa, maka akan terjadi birokratisasi dan pemaksaan aktivitas belajar.
D. Pengajar
yang Cerdas
Kegiatan pengajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang
baik. Berbeda guru, berbeda pula karakter dan gayanya. Keistimewaan adalah
suatu kebajikan dan pembelajaran yang sukses bertumpu pada karakter guru serta
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Seperti apa guru yang cerdas
atau jenius itu? Guru yang cerdas atau jenius (bliliant teacher) pada intinya mencerminkan keterpelajaran,
integritas pribadi, dan kemampuan berkomunikasi dengan siswa. Keterpelajaran
adalah secara konsisten taat asas pada etika pengetahuan dan norma-norma
kebiasaan berpikir.
Karakteristik kedua pengajar yang cerdas adalah integritas,
setidaknya dalam tiga makna yang terpisah. Pertama, kejujuran tercermin dari
prinsip hidup dan keterusterangan yang layak. Kedua, integritas berupa
kelengkapan atau kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi
yang menunjukkan diri sebagai guru yang hebat. Ketiga, kemampuan berkomunikasi
dengan siswa dan anak-anak muda merupakan karakteristik dasar ketiga dari
seorang guru yang baik dan cerdas
Sosok guru yang baik
dan diterima secara menyenangkan oleh siswanya, yaitu :
a. Mengetahui
nama-nama siswa dan memanggil mereka dengan nama
b. Menerima
salam dari rekan dan siswanya secara menyenangkan
c. Memainkan
peran yang berbeda pada suasana dan kepentingan yang berbeda, misalnya, dalam
konseling
d. Menolak
tindakan sarkastik jika melucu atau berkelakar kepada rekan dan siswanya.
Bebeerapa tindakan,
tuturan, dan perilaku berikut ini selalu dijauhkan oleh guru-guru yang baik,
yaitu :
a. Selalu
bersikeras mempertahankan alasan dan selalu meluangkan waktu untuk member
alasan
b. Mengetahui
perbedaan diantara siswa dan meminta mereka secara serta-merta mendengarkan dan
menerima solusi yang ditawarkan
c. Mendengarkan
siswa dan menanyakan keluhan mereka secara menyeluruh, namun memandangnya hanya
cukup untuk mengetahui bagaimana mereka melihat atau merasa bingung dengan
masalahnya.
Berikut ini merupakan
ciri lain dari guru yang baik dan cerdas, yaitu :
a. Tidak
pernah terlambat ke kelas atau memotong waktu belajar hanya untuk kepentingan
kenyamanan pribadi
b. Memberikan
respon terhadap keluhan siswa secara cepat dan akurat
c. Bekerja
keras dan cerdas
d. Lebih
mengutamakan formalitas di ruang kelas dibandingkan dengan formalitas pemikiran
yang tersirat dalam mata pelajaran yang sedang dipelajari
e. Menunjukkan
dan menandakan kejujuran intelektual yang tinggi dan teliti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar