Sabtu, 05 April 2014
Pedagogi Tradisional dan Modern
A. Makna Tradisional
Pedagogi berasal dari bahasa yunani paidagogeo, dimana pais, genitif, paidos berarti “anak” dan ago berarti “memimpin”; sehingga secara harfiah pedagogi berarti “memimpin anak”. Dalam bahasa yunani kuno, umumnya kata pedagogi bermakna seorang budak (pembantu rumah tangga) yang mengawasi pengajaran putra tuan atau majikannya. Dalam makna modern,, istilah pedagogy dalam inggris merujuk kepada seluruh konteks dan sumber daya operasi pengajaran dan pembelajaran yang secara nyata terlibat didalamnya. Dalam bahasa inggris, istilah pedagogi (pedagogy) digunakan merujuk kepada teori pengajaran, dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenali siswa, dan menentukan cara mengajarnya.
Tiga isu tertentu yang muncul terkait dengan masalah pedagogi yaitu :
a. Pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan. Yaitu menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-anak.
b. Banyak pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah digunakan untuk menggambarkan prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda.
c. Sejauh mana pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah.
Jadi, secara tradisional pedagogi adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternative strategi pembelajaran, karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar.
B. Normatif vs Pragmatis
Pedagogi adalah isu strategis utama yang dihadapi profesi guru dan pendidikan umum. Bahan sajian ini merupakan jalan tengah antara pendekatan normative yang sering dipandang kurang implementatif dan pragmatis yang seringkali dipersepsi sebagai terlalu realistis. Ada empat hal yang memerlukan kajian yang lebih mendalam ketimbang sebatas mendeskripsikannya di permukaan yaitu :
a. Secara konsepsional, pedagogi dipersepsikan sebagai seni dan aplikasi kerja guru dalam proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
b. Munculnya pedagogi sebagai ilmu interdisipliner
c. Pedagogi merupakan isu kunci dalam memajukan dan mempromosikan profesi guru untuk memperbarui apa yang oleh Robertson (2000) disebut sebagai “proyek professional guru”
d. Faktor-faktor pendukung dan membatasi pengembangan pedagogi.
C. Model Logika
Baik sebagai seni (praktis) maupun sebagai ilmu (teoritis), pedagogi sesungguhnya adalah model logika, sebuah alat yang ampuh untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar disemua satuan pendidikan atau sekolah.
Licin dan Samar
Hingga kini pedagogi masih dipandang sebagai konsep yang licin dan samar-samar. Namun, secara historis, kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami pedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu atau teori pada satu sisi dan seni atau praktik mengajar dan belajar pada sisi lain.
D. Pedagogi Modern
Pedagogi tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Pedagogi sebagai ilmu pengetahuan dan terdefinisi secara spesifik, tentu definisi itu juga akan menggamit dimensi seni, teori, dan praktik mengajar dan belajar. Beberapa definisi yang terkait dengan pedagogi disajikan sebagai berikut :
a. Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
b. Belajar (learning), yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah).
c. Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit mendorong minat pedagogi, misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana.
d. Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia, yaitu, sebagaimana yang dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal dalam masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave, 1978)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar