A.
Pedagogi
Progresif
Pedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif (Progressive pedagogy). Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemanjuan zaman. Pedagogi yang abstrak itu harus mampu menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yangkonkret. Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai pedagogi praktis.
B. Ilmiah dan Praktis
Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, pedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal” dan “pengetahuan pedagogis vernacular” (McNamara, 1991). Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi vernacular merupakan kata lain dari pedagogi praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan umum daripada pedagogi vernakular atau pedagogi praktis.
Menurut Carpenter (2001) ada dua funsi penelitian pedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Temuannya pada dasarnya bersifat nonlinear. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi. Tujuan pertama melahirkan pedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan pedagogi praktis.
C. Studi Sistematik
Studi sistemik kepedagogian erat kaitannya dengan penerapan pedagogi. Menurut Youth dan Lucas (1999) menjadi sangat penting bahwa profesi guru mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi professional di bidang pedagogi. Satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi, disarankan oleh Hallam dan Ireson (1999) seperti berikut ini :
· Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
· Pengetahuan tentang teori belajar
· Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
· Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran,dan berbagai jenis pembelajaran
· Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas.
· Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dengan judul Memahami Otak: Menuju Ilmu Baru Belajar diungkapkan mengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan. Di sini juga terungkap secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan ini, ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1. Codifying and Communicating teachers’ practical pedagogical knowledge.
Kodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik.
2. Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management.
Membanguns sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini.
3. Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy.
mengembagnkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Sebagian teori pedagogi masih berupa janji besar. Masih diperlukan kemampuan untuk “menenun kain ilmu pengetahuan” agar menjadi praktik berbasis intelektual yang lebih koheren dengan kebutuhan guru yang perubahannya terus berlangsung.
Pedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif (Progressive pedagogy). Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemanjuan zaman. Pedagogi yang abstrak itu harus mampu menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yangkonkret. Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai pedagogi praktis.
B. Ilmiah dan Praktis
Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, pedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal” dan “pengetahuan pedagogis vernacular” (McNamara, 1991). Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi vernacular merupakan kata lain dari pedagogi praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan umum daripada pedagogi vernakular atau pedagogi praktis.
Menurut Carpenter (2001) ada dua funsi penelitian pedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Temuannya pada dasarnya bersifat nonlinear. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi. Tujuan pertama melahirkan pedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan pedagogi praktis.
C. Studi Sistematik
Studi sistemik kepedagogian erat kaitannya dengan penerapan pedagogi. Menurut Youth dan Lucas (1999) menjadi sangat penting bahwa profesi guru mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi professional di bidang pedagogi. Satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi, disarankan oleh Hallam dan Ireson (1999) seperti berikut ini :
· Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
· Pengetahuan tentang teori belajar
· Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
· Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran,dan berbagai jenis pembelajaran
· Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas.
· Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dengan judul Memahami Otak: Menuju Ilmu Baru Belajar diungkapkan mengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan. Di sini juga terungkap secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan ini, ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1. Codifying and Communicating teachers’ practical pedagogical knowledge.
Kodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik.
2. Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management.
Membanguns sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini.
3. Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy.
mengembagnkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Sebagian teori pedagogi masih berupa janji besar. Masih diperlukan kemampuan untuk “menenun kain ilmu pengetahuan” agar menjadi praktik berbasis intelektual yang lebih koheren dengan kebutuhan guru yang perubahannya terus berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar