Laura Marshaulina M
Sabtu, 21 Juni 2014
Perbedaan antara Pedagogi dan Andragogi
A. Aspek Fundamental
Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogy dan pedagogi.
1. Andragogi
· Pembelajar disebut “peserta didik” atau “warga belajar”
· Gaya belajar independen
· Tujuan fleksibel
· Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
· Menggunakan metode pelatihan aktif
· Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan
· Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting
· Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata
· Peserta dianggap sebagai sumber daya utama untuk ide-ide dan contoh
2. Pedagogi
· Pembelajar disebut “siswa” atau “anak didik”
· Gaya belajar dependen
· Tujuan ditentukan sebelumnya
· Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman dan/atau kurang informasi
· Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah/ ceramah
· Guru mengontrol waktu dan kecepatan
· Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
· Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis
· Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh
B. Karakteristik Pembelajar Dewasa
1. Pelajar dewasa biasanya memiliki maksud yang teridentifikasi
2. Pelajar dewasa biasanya memiliki pengalaman yang sebelumnya, baik positif maupun negatif, dengan pendidikan diselenggarakan
3. Pelajar dewasa ingin segera mengambil manfaat dari hasil belajarnya
4. Pelajar dewasa memiliki konsep diri secara satu arah
5. Pelajar dewasa membawa dirinya dengan reservoir pengalaman
6. Pelajar dewasa membawa keraguan dan ketakutan yang luas bagi proses pendidikan
7. Pelajar dewasa biasanya sangat kuat pada ketahanan perubahan
8. Gaya belajar dewasa biasanya diatur
9. Pelajar dewasa memiliki “tujuan yang dewasa”
10. Masalah pelajar dewasa yang berbeda dari masalah anak-anak
11. Pelajar dewasa biasanya memiliki sebuah keluarga mapan
12. Waktu reaksi pembelajar orang dewasa sering lambat
13. Minat pendidikan pembelajar dewasa biasanya mencerminkan dimensi kejuruan
14. Nilai-nilai diri pelajar dewasa sebagai orang dewasa lebih banyak daripada nilai-nila program
Motivasi Pelajar Dewasa
1. Hubungan sosial : untuk memperoleh teman-teman baru bagi pemenuhan kebutuhan untuk asosiasi dan persahabatan
2. Harapan eksternal : untuk mematuhi petunjuk dari orang lain, memenuhi harapan atau rekomendasi dari seseorang yang memiliki otoritas formal
3. Untuk meningkatkan kemampuan melayani umat manusia, mempersiapkan diri untuk pelayanan kepada masyarakat, dan meningkatkan kemampuan berpartisipasi dalam pekerjaan masyarakat
4. Kemajuan pribadi : untuk mencapai status yang lebih tinggi dalam pekerjaan, kemajuan professional yang aman, dan tetap sejajar dengan pesaing
5. Stimulasi : untuk menghilangkan kebosanan, memberikan istirahat di rumah dan rutinitas kerja, dan mereduksi tekanan kehidupan yang cenderung rewel
6. Ranah kognitif : belajar demi belajar, mencari ilmu untuk kepentingan diri sendiri, dan untuk menjawab aneka pertanyaan yang terpikirkan
Pedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer
A. Pertanyaan Esensial
Seorang guru yang efektif harus menghabiskan banyak waktu untuk pertanyaan-pertanyaan strategis yang berkaitan dengan masalah-masalah pedagogi. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pun menawarkan aspek-aspek strategis sebagai contoh pedagogi. Kegagalan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu seperti mengurangi kemungkinan bahwa anak-anak membuat kemajuan yang mengesankan. Beberapa pertanyaan dimaksud disajikan berikut ini.
1. Penilaian kebutuhan : materi belajar apa yang dibutuhkan?
2. Pertumbuhan professional : bagaimana cara meningkatkan mutu pengajaran di kelas?
3. Budaya kelas : bagaimana cara menumbuhkan budaya kelas untuk belajar?
4. Strategi : bagaimana guru mengajar untuk memaksimalkan hasil?
5. Pengelolaan sumber daya kelas : bagaimana guru membuat media pembelajaran dan apa kegunaannya dalam pembelajaran?
6. Pemecahan masalah : apa yang bisa salah dalam pengajaran dan bagaimana cara mengatasinya?
7. Orkestrasi : bagaimana guru mengatur semua aspek yang berbeda dari pedagogi?
8. Penggunaan TIK : bagaimana aplikasi TIK dalam pembelajaran yang memenuhi kriteria pedagogi?
B. Pedagogi Efektif
Guru bertanggung jawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. Tentu guru sendiri harus menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami percepatan, termasuk di bidang pedagogi sendiri. Ada bukti-bukti luas yang terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa. Bukti ini memberitahu kita bahwa siswa belajar paling baik jika guru :
1. Menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran
2. Mendorong pemikiran reflektif dan tindakan
3. Meningkatkan relevansi pembelajaran baru
4. Memfasilitasi pembelajaran bersama
5. Membuat sambungan ke pembelajaran dan pengalaman sebelumnya
6. Cukup memberikan kesempatan untuk belajar
7. Menyelidiki hubungan belajar-mengajar
C. Pemikiran Reflektif
Pembelajaran reflektif mengasimilasi pembelajaran baru, mengaitkannya dengan apa yang mereka sudah ketahui, mengadaptasinya untuk tujuan mereka sendiri, dan menerjemahkan pikiran ke dalam tindakan.
Pembelajaran Baru
Siswa belajar paling efektif ketika mereka memahami apa yang mereka pelajari, mengapa mereka belajar materi itu, dan bagaimana mereka akan dapat menggunakan pembelajaran baru mereka dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang efektif merangsang keingintahuan murid-muridnya, meminta siswa untuk mencari informasi dan ide-ide yang relevan, dan menantang mereka untuk menggunakan atau menerapkan apa yang mereka temukan dalam konteks baru atau dengan cara baru.
Pembelajaran Bersama
Siswa belajar ketika mereka terlibat dalam kegiatan bersama dan percakapan dengan orang lain, termasuk anggota keluarga dan orang-orang yang ada dalam masyarakat luas. Guru mendorong proses ini dengan budaya kelas sebagai komunitas belajar.
Koneksi Pengalaman
Siswa belajar dengan baik ketika mereka mampu mengintegrasikan pembelajaran baru dengan pengalaman apa yang sudah mereka pahami.
Kesempatan Belajar
Siswa belajar paling efektif ketika mereka memiliki waktu dan kesempatan untuk terlibat dengan, berlatih, dan mentrasfer pembelajaran baru. Ini berarti bahwa mereka harus menghadapi pembelajaran baru beberapa kali dan dalam berbagai tugas yang berbeda atau menurut konteks.
D. TIK dan Pedagogi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki pengaruh besar pada dunia dimana orang-orang muda hidup. Demikian pula. e-learning, yaitu belajar yang didukung atau difasilitasi oleh TIK, memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung pendekatan pengajaran, dengan tidak melupakan dimensi pedagogi.
E. Kenikmatan Belajar
Kelas yang optimal sering divisualisasikan sebagai sebuah sistem yang terstruktur dengan jelas, dimana guru adalah pusat sebuah jaringan radial terorganisasi yang jari-jarinya terdefinisi dengan baik, dikemas dengan hati-hati dalam mengirimkan informasi kepada siswa yang terletak pada tepi radial itu. Tugas utama guru adalah membantu siswa meningkatkan kemampuannya berpikir sendiri, banyak pendidik kontemporer telah mengikuti argument kuat dari Kwek dan Freire yang menilai hal itu sebagai terlalu terpusat dan dalam struktur kaku. Kegiatan pembelajaran membuka beberapa cara mengetahui dan berpikir, menuntut interaksi kelompok, spesifikasi hasil yang diinginkan bersifat fleksibel, cerdas dan mengedit umpan balik oleh guru.
Pedagogi Praktis Abad ke-21
A.
Pedagogi
Progresif
Pedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif (Progressive pedagogy). Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemanjuan zaman. Pedagogi yang abstrak itu harus mampu menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yangkonkret. Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai pedagogi praktis.
B. Ilmiah dan Praktis
Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, pedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal” dan “pengetahuan pedagogis vernacular” (McNamara, 1991). Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi vernacular merupakan kata lain dari pedagogi praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan umum daripada pedagogi vernakular atau pedagogi praktis.
Menurut Carpenter (2001) ada dua funsi penelitian pedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Temuannya pada dasarnya bersifat nonlinear. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi. Tujuan pertama melahirkan pedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan pedagogi praktis.
C. Studi Sistematik
Studi sistemik kepedagogian erat kaitannya dengan penerapan pedagogi. Menurut Youth dan Lucas (1999) menjadi sangat penting bahwa profesi guru mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi professional di bidang pedagogi. Satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi, disarankan oleh Hallam dan Ireson (1999) seperti berikut ini :
· Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
· Pengetahuan tentang teori belajar
· Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
· Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran,dan berbagai jenis pembelajaran
· Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas.
· Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dengan judul Memahami Otak: Menuju Ilmu Baru Belajar diungkapkan mengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan. Di sini juga terungkap secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan ini, ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1. Codifying and Communicating teachers’ practical pedagogical knowledge.
Kodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik.
2. Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management.
Membanguns sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini.
3. Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy.
mengembagnkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Sebagian teori pedagogi masih berupa janji besar. Masih diperlukan kemampuan untuk “menenun kain ilmu pengetahuan” agar menjadi praktik berbasis intelektual yang lebih koheren dengan kebutuhan guru yang perubahannya terus berlangsung.
Pedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif (Progressive pedagogy). Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemanjuan zaman. Pedagogi yang abstrak itu harus mampu menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yangkonkret. Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai pedagogi praktis.
B. Ilmiah dan Praktis
Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, pedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal” dan “pengetahuan pedagogis vernacular” (McNamara, 1991). Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi vernacular merupakan kata lain dari pedagogi praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan umum daripada pedagogi vernakular atau pedagogi praktis.
Menurut Carpenter (2001) ada dua funsi penelitian pedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Temuannya pada dasarnya bersifat nonlinear. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi. Tujuan pertama melahirkan pedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan pedagogi praktis.
C. Studi Sistematik
Studi sistemik kepedagogian erat kaitannya dengan penerapan pedagogi. Menurut Youth dan Lucas (1999) menjadi sangat penting bahwa profesi guru mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi professional di bidang pedagogi. Satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi, disarankan oleh Hallam dan Ireson (1999) seperti berikut ini :
· Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
· Pengetahuan tentang teori belajar
· Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
· Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran,dan berbagai jenis pembelajaran
· Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas.
· Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dengan judul Memahami Otak: Menuju Ilmu Baru Belajar diungkapkan mengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan. Di sini juga terungkap secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan ini, ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1. Codifying and Communicating teachers’ practical pedagogical knowledge.
Kodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik.
2. Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management.
Membanguns sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini.
3. Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy.
mengembagnkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Sebagian teori pedagogi masih berupa janji besar. Masih diperlukan kemampuan untuk “menenun kain ilmu pengetahuan” agar menjadi praktik berbasis intelektual yang lebih koheren dengan kebutuhan guru yang perubahannya terus berlangsung.
Langganan:
Postingan (Atom)