Sabtu, 21 Desember 2013

PEMBELAJARAN DAN TEKNIK KREATIF 2



BAB VIII : MODEL BELAJAR MENGAJAR KREATIF

A.    Peranan Model dan Taksonomi dalam Perencanaan Kurikulum
      Banyak model yang telah dikembangkan untuk melandasi kurikulum anak berbakat. Beberapa dari model tersebut khusus dirancang untuk anak berbakat; beberapa lainnya dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan atau proses diri semua anak.
      Mengapa model-model ini dipilih didasarkan atas beberapa partimbangan (Parke, 1989). Pertama, setiap model membangun keterampilan yang penting bagi anak berbakat dan meningkatkan kemampuan siswa untuk mencapai sasaran belajar. Kedua, model-model ini dapat digunakan untuk siswa dengan kemampuan yang beragam seperti didalam kelas biasa, sehingga anak berbakat tidak terpisah dari siswa lainnya. Ketiga, model-model ini mudah digunakan, mudah dipahami dan diterapkan didalam kurikulum. Keempat, dengan model-model ini kreativitas siswa pada umumnya, dan khususnya kreativitas siswa berbakat dapat dikembangkan.

B.     Taksonomi Bloom untuk Sasaran Ranah Kognitif
      Di Indonesia Taksonomi Bloom tidak asing lagi dalam penyusunan program kurikulum. Model ini meliputi enam tingkat keterampilan berpikir yang dimaksudkan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan sasaran pendidikan. Namun sekarang, Taksonomi Bloom banyak digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar sedemikian sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka sepenuhnya.
      Model Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkat pengetahuan menyangkut kemampuan siswa untuk mengingat, pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi tanpa perlu menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Pada tingkat penerapan, siswa harus mampu menggunakan informasi dengan cara baru atau dalam situasi baru. Pada tingkat keempat analisis, meliputi kemampuan untuk memisahkan suatu bahan menjadi komponen-komponen untuk melihat hubungan dari bagian-bagian dan kesesuaiannya. Sintesis ialah kemampuan untuk menggabung bagian-bagian menjadi keseluruhan yang baru. Tingkat terakhir yaitu evaluasi yaitu meliputi kemampuan membuat pertimbangan atau penilaian untuk membuat keputusan atas dasar internal (keajegan, logika, ketepatan) atau eksternal (dibandingkan karya, teori, atau prinsip dalam bidang tertentu).
      Manfaat penggunaan Taksonomi Bloom adalah digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa. Dengan mengembangkan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan pada setiap tingkat dari taksonomi, guru merangsang siswa untuk lebih menggunakan kemampuan kognitif mereka dan mengembangkan keterampilan berpikir tinggi.

C.    Model Struktur Intelek dari Guilford
      Guilford (1981, 1985) menciptakan suatu teori tentang intelegensi yang digambarkan dalam bentuk kubus tiga dimensi yang dimaksudkan untuk menampilkan semua kemampuan intelek manusia. Ketiga dimensi atau mantra itu ialah konten, produk, dan operasi. Guilford membedakan empat kategori materi, yaitu figural, simbolik, semantik, dan perilaku. Enam kategori produk yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi; dan lima kategori operasi, yaitu kognisi, ingatan berpikir divergen, berpikir konvergen, dan evaluasi.

D.    Model Multiple Talents dari Taylor
      Model ini merupakan hasil penelitian dan karya dalam bidang kreativitas yang dilakukan oleh Calvin Taylor dari University of Utah. Ia berpendapat bahwa tidak hanya bakat akademis yang perlu dipupuk dan dihargai disekolah; dalam modelnya ia membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan disekolah. Menurut pandangan Taylor, hampir setiap orang berbakat dan bertalenta dalam bidang tertentu modelnya dapat digunakan sebagai curriculum guide.  Program dapat disusun untuk mengajar konten akademik, kreativitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi (forecasting), dan pengambilan keputusan.
       Metode Taylor juga disebut Multiple Talent Poles (Rimm, 1985) karena secara figural menempatkan posisi anak pada tiang totem sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Setiap bidang talenta diumpamakan sebagai tiang totem. Anak yang tinggi dalam talenta tertentu ditempatkan pada posisi di atas di tiang totem, dan yang rendah dalam bidang talenta ditempatkan pada posisi bawah di tiang totem.

E.     Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif
      Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang hendak ditingkatkan dalam kebanyakan program anak berbakat. Jadi perlu ditumbuhkan iklim di dalam kelas yang menghargai dan memupuk kreativitas dalam semua segi.
     Model ini mendorong belajar kreatif merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model ini juga menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk seperti siswa terlibat dalam kegiatan membangun keterampilan pada dua tingkat pertama untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga.
      Model Mendorong Belajar Kreatif dari Treffinger paling efektif jika diadaptasi untuk penggunaan kurikulum secara menyeluruh, karena memungkinkan modifikasi baik dari konten, proses, produk, maupun lingkungan. Namun kekuatannya yang terbesar adalah dalam modifikasi proses dan produk.

F.     Model Enrichment Triad dari Renzulli
      Model Enrichment Triad dari Renzulli (1977) dapat digunakan untuk program pengayaan anak berbakat, mencakup banyak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, memberikan guru suatu cara untuk menangani kecepatan dan kedalaman belajar serta minat yang beragam dari anak berbakat. Renzulli  merumuskan pengayaan sebagai “ pengalaman atau kegiatan yang diluar/ atas scope kurikulum biasa”. Model ini menggunakan tiga jenis pengayaan untuk memberikan program yang sesuai bagi anak berbakat: general exploratory activities, group training activity, dan small group investigations of real-word problems.  Kedua jenis pengayaan pertama bermanfaat bagi semua siswa, sedangkan jenis ketiga, penyelidikan perorangan atau sekelompok kecil mengenai masalah dunia nyata, paling tepat untuk anak berbakat.

G.    Model Williams untuk Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas
Model kurikulum lainnya yang bermanfaat dalam merencanakan pembelajaran dalam bidang kreativitas adalah Model for Implementing Cognitive-Affective Behavior in the Classroom dari Williams (Parke, 1989). Model ini berlandaskan pemikiran bahwa kreativitas perlu dipupuk secara menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan mereka. Model ini menampilkan secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi mengajar, dan perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran.

H.    Taksonomi Sasaran Belajar Efektif dari Krathwohl
      Taksonomi Sasaran Pendidikan: dikembangkan oleh ahli pendidikan yang sama yang bertanggung jawab untuk taksonomi sasaran pendidikan. Taksonomi Krathwohl meliputi seperangkat keterampilan yang dapat dikembangkan pada siswa yang berkenaan dengan cara mereka merasa.
      Taksonomi Ranah Efektif dari Krathwohl terdiri dari lima tingkat: menerima (receiving), kesediaan untuk berespons (willingness to respond), menghargai (valuing), menyusun sistem nilai (organizing a value system), dan perwatakan (characterization) oleh kompleks nilai.

I.       Model Pendidikan Integratif (Clark)
      Model Integrative Education dari Clark (1986) didasarkan atas riset tentang otak/ pikiran dari dasawarsa terakhir. Kekuatan dari model ini adalah pendekatannnya yang terpadu dalam belajar melihat siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interaksi yang mempengaruhi kinerja.
      Clark (1986) menggambarkan keempat bagian tersebut sebagai berikut. Fungsi kognitif meliputi kekhususan dari belahan otak kiri yang analitis, memecahkan masalah, sekuensial, evaluative, dan kekhususan dari belahan otak kanan yang lebih berorientasi spasial (keruangan) dan gestalt (keseluruhan). Fungsi afektif diungkapkan dalam perasaan dan emosi dan merupakan pintu gerbang untuk meningkatkan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih tinggi. Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan yang menentukan bagaimana kita mengamati realitas.

J.      Penggunaan Taksonomi dan Model untuk Kurikulum Siswa Berbakat
Dalam mengembangkan kurikulum untuk anak berbakat, guru dapat merasa terikat pada tuntutan kurikulum dan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Salah satu cara untuk bekerja adalah dengan memusatkan pada salah satu bidang mata pelajaran pada awalnya. Berdasarkan pengalaman atau dengan bantuan buku panduan guru, dimulai dengan mendaftar pokok atau topik utama dari pelajaran yang akan diberikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar