BAB VIII : MODEL BELAJAR MENGAJAR KREATIF
A.
Peranan
Model dan Taksonomi dalam Perencanaan Kurikulum
Banyak model yang telah dikembangkan untuk melandasi kurikulum
anak berbakat. Beberapa dari model tersebut khusus dirancang untuk anak
berbakat; beberapa lainnya dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan
atau proses diri semua anak.
Mengapa model-model ini dipilih didasarkan atas beberapa
partimbangan (Parke, 1989). Pertama, setiap model membangun keterampilan yang
penting bagi anak berbakat dan meningkatkan kemampuan siswa untuk mencapai
sasaran belajar. Kedua, model-model ini dapat digunakan untuk siswa dengan
kemampuan yang beragam seperti didalam kelas biasa, sehingga anak berbakat
tidak terpisah dari siswa lainnya. Ketiga, model-model ini mudah digunakan,
mudah dipahami dan diterapkan didalam kurikulum. Keempat, dengan model-model
ini kreativitas siswa pada umumnya, dan khususnya kreativitas siswa berbakat
dapat dikembangkan.
B.
Taksonomi
Bloom untuk Sasaran Ranah Kognitif
Di Indonesia Taksonomi Bloom tidak asing lagi dalam penyusunan
program kurikulum. Model ini meliputi enam tingkat keterampilan berpikir yang
dimaksudkan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan sasaran pendidikan. Namun
sekarang, Taksonomi Bloom banyak digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi
kegiatan belajar sedemikian sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan
kognitif mereka sepenuhnya.
Model Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkat perilaku
kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Tingkat pengetahuan menyangkut kemampuan siswa untuk mengingat,
pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi tanpa
perlu menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Pada tingkat penerapan,
siswa harus mampu menggunakan informasi dengan cara baru atau dalam situasi
baru. Pada tingkat keempat analisis, meliputi kemampuan untuk memisahkan suatu
bahan menjadi komponen-komponen untuk melihat hubungan dari bagian-bagian dan
kesesuaiannya. Sintesis ialah kemampuan untuk menggabung bagian-bagian menjadi
keseluruhan yang baru. Tingkat terakhir yaitu evaluasi yaitu meliputi kemampuan
membuat pertimbangan atau penilaian untuk membuat keputusan atas dasar internal
(keajegan, logika, ketepatan) atau eksternal (dibandingkan karya, teori, atau
prinsip dalam bidang tertentu).
Manfaat penggunaan Taksonomi Bloom adalah digunakan sebagai
cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan guru kepada
siswa. Dengan mengembangkan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan pada
setiap tingkat dari taksonomi, guru merangsang siswa untuk lebih menggunakan
kemampuan kognitif mereka dan mengembangkan keterampilan berpikir tinggi.
C.
Model
Struktur Intelek dari Guilford
Guilford (1981, 1985) menciptakan suatu teori tentang
intelegensi yang digambarkan dalam bentuk kubus tiga dimensi yang dimaksudkan
untuk menampilkan semua kemampuan intelek manusia. Ketiga dimensi atau mantra
itu ialah konten, produk, dan operasi. Guilford membedakan empat kategori
materi, yaitu figural, simbolik, semantik, dan perilaku. Enam kategori produk
yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi; dan lima
kategori operasi, yaitu kognisi, ingatan berpikir divergen, berpikir konvergen,
dan evaluasi.
D.
Model
Multiple Talents dari Taylor
Model ini merupakan hasil penelitian dan karya dalam bidang
kreativitas yang dilakukan oleh Calvin Taylor dari University of Utah. Ia
berpendapat bahwa tidak hanya bakat akademis yang perlu dipupuk dan dihargai
disekolah; dalam modelnya ia membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan
disekolah. Menurut pandangan Taylor, hampir setiap orang berbakat dan
bertalenta dalam bidang tertentu modelnya dapat digunakan sebagai curriculum guide. Program dapat disusun untuk mengajar konten
akademik, kreativitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi
(forecasting), dan pengambilan keputusan.
Metode Taylor juga
disebut Multiple Talent Poles (Rimm, 1985) karena secara figural menempatkan
posisi anak pada tiang totem sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Setiap
bidang talenta diumpamakan sebagai tiang totem. Anak yang tinggi dalam talenta
tertentu ditempatkan pada posisi di atas di tiang totem, dan yang rendah dalam
bidang talenta ditempatkan pada posisi bawah di tiang totem.
E.
Model
Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang hendak
ditingkatkan dalam kebanyakan program anak berbakat. Jadi perlu ditumbuhkan
iklim di dalam kelas yang menghargai dan memupuk kreativitas dalam semua segi.
Model ini mendorong belajar kreatif merupakan salah satu dari
sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan
saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model ini juga
menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan
menanjak ke fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk seperti siswa
terlibat dalam kegiatan membangun keterampilan pada dua tingkat pertama untuk
kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga.
Model Mendorong Belajar Kreatif dari Treffinger paling efektif
jika diadaptasi untuk penggunaan kurikulum secara menyeluruh, karena
memungkinkan modifikasi baik dari konten, proses, produk, maupun lingkungan.
Namun kekuatannya yang terbesar adalah dalam modifikasi proses dan produk.
F.
Model
Enrichment Triad dari Renzulli
Model Enrichment Triad dari Renzulli (1977) dapat digunakan
untuk program pengayaan anak berbakat, mencakup banyak kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan, memberikan guru suatu cara untuk menangani kecepatan
dan kedalaman belajar serta minat yang beragam dari anak berbakat.
Renzulli merumuskan pengayaan sebagai “
pengalaman atau kegiatan yang diluar/ atas scope
kurikulum biasa”. Model ini menggunakan tiga jenis pengayaan untuk
memberikan program yang sesuai bagi anak berbakat: general exploratory activities, group training activity, dan small group investigations of real-word
problems. Kedua jenis pengayaan
pertama bermanfaat bagi semua siswa, sedangkan jenis ketiga, penyelidikan
perorangan atau sekelompok kecil mengenai masalah dunia nyata, paling tepat
untuk anak berbakat.
G.
Model
Williams untuk Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas
Model kurikulum lainnya
yang bermanfaat dalam merencanakan pembelajaran dalam bidang kreativitas adalah
Model for Implementing
Cognitive-Affective Behavior in the Classroom dari Williams (Parke, 1989).
Model ini berlandaskan pemikiran bahwa kreativitas perlu dipupuk secara
menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan mereka. Model ini menampilkan
secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi mengajar, dan perilaku
siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran.
H.
Taksonomi
Sasaran Belajar Efektif dari Krathwohl
Taksonomi Sasaran Pendidikan: dikembangkan oleh ahli pendidikan
yang sama yang bertanggung jawab untuk taksonomi sasaran pendidikan. Taksonomi
Krathwohl meliputi seperangkat keterampilan yang dapat dikembangkan pada siswa
yang berkenaan dengan cara mereka merasa.
Taksonomi Ranah Efektif dari Krathwohl terdiri dari lima
tingkat: menerima (receiving),
kesediaan untuk berespons (willingness to
respond), menghargai (valuing), menyusun
sistem nilai (organizing a value system),
dan perwatakan (characterization)
oleh kompleks nilai.
I.
Model
Pendidikan Integratif (Clark)
Model Integrative Education dari Clark (1986) didasarkan atas
riset tentang otak/ pikiran dari dasawarsa terakhir. Kekuatan dari model ini
adalah pendekatannnya yang terpadu dalam belajar melihat siswa sebagai individu
yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interaksi yang mempengaruhi
kinerja.
Clark (1986) menggambarkan keempat bagian tersebut sebagai
berikut. Fungsi kognitif meliputi
kekhususan dari belahan otak kiri yang analitis, memecahkan masalah, sekuensial,
evaluative, dan kekhususan dari belahan otak kanan yang lebih berorientasi
spasial (keruangan) dan gestalt (keseluruhan). Fungsi afektif diungkapkan dalam perasaan dan emosi dan merupakan
pintu gerbang untuk meningkatkan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih
tinggi. Fungsi fisik meliputi
gerakan, penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan yang
menentukan bagaimana kita mengamati realitas.
J.
Penggunaan
Taksonomi dan Model untuk Kurikulum Siswa Berbakat
Dalam mengembangkan kurikulum untuk
anak berbakat, guru dapat merasa terikat pada tuntutan kurikulum dan
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Salah satu cara untuk bekerja
adalah dengan memusatkan pada salah satu bidang mata pelajaran pada awalnya.
Berdasarkan pengalaman atau dengan bantuan buku panduan guru, dimulai dengan
mendaftar pokok atau topik utama dari pelajaran yang akan diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar