Rabu, 09 Oktober 2013

LINGKUNGAN YANG MERANGSANG PERKEMBANGAN BAKAT DAN KREATIVITAS 1



BAB IV : PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK




A.    Teori Persimpangan Kreativitas (Creativity Intersection) 
Keberhasilan kreatif adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik, dapat juga disebut motivasi batin (Amabile, 1998). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tumbuh dari dalam, berbeda dengan motivasi ekstrinsik yang ditimbulkan dari luar, oleh lingkungan. 

B.      Karakteristik Keluarga yang Kreatif
      Penelitian Dacey 
      Dacey (1989) melakukan penelitian di Inggris terhadap kehidupan keluarga yang berbeda dari keluarga biasa. Penelitian ini meliputi pengetesan terhadap sampel remaja, dilanjutkan dengan wawancara terhadap anggota keluarga tentang berbagai topic mengenai gaya hidup keluarga. Menurut Amabile (1983), “suatu produk adalah kreatif sejauh mana pengamat yang sesuai secara terpisah menilainya sebagai kreatif. Pengamat yang sesuai ialah mereka yang paham mengenai bidang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan”. 
      Empat jenis kreativitas, sesuai dengan empat bidang konten Struktur Intelek Guilford (1975), yaitu figural, simbolis, semantic, dan sosial (perilaku), dinilai menurut skala 1-9. Contoh dari produk bidang kreativitas yang figural ialah seni pahat/ukir, arsitektur, yang simbolis ialah dalam bidang matematika, musik, balet, yang semantic ialah dalam bidang jurnalistik, menulis naskah, dan yang sosial (menyangkut perilaku) ialah dalam bidang psikologi, pendidikan. Kriteria skala penilaian ialah 3, jika produknya tidak mendapat penghargaan, 5 jika penghargaan bersifat lokal, 7 jika penghargaan yang diberikan adalah regional, dan 9 jika mendapat penghargaan nasional. Skor total ialah jumlah dari empat skor untuk empat bidang tersebut di muka. 
Data yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari studi ini ialah : 
1.      Korelasi antara tes kreativitas dan penilaian karya kreatif. 
2.      Perbedaan nilai rata-rata (t-test) antara sampel yang kreatif dan sampel yang tidak dinilai kreatif.
3.      Jawaban terhadap 42 pertanyaan wawancara dianalisis secara kualitatif. 
4.      Orang tua dari 25 remaja yang paling kreatif diminta untuk mendiskusikan berbagai topik berkenaan  dengan apa yang menghasilkan anak yang kreatif.
     Hubungan antara Latar Belakang Keluarga dan Kinerja Anak 
     Tahun 1977 penulis telah melakukan studi di Jakarta terhadap 128 siswa kelas enam SD dan 138 siswa kelas tiga SMP dan orang tua mereka untuk melihat hubungan antara beberapa perubah lingkungan keluarga dan kinerja anak, termasuk inteligensi kreativitas dan prestasi belajar (Utam Munandar, 1977).
     Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari studi ini adalah : 
Pada tingkat SD kecenderungannya ialah bahwa perhatian pengawasan orang tua terhadap pekerjaan rumah anak menunjukkan hubungan yang positif dengan kinerja anak, akan tetapi pada tingkat SMP, anak tidak memerlukan pengawasan orang tua untuk berprestasi baik. Lalu terlalu banyak ikut campur dari pihak orang tua, misalnya terhadap cara berbicara anak, minat anak terhadap membaca, dalam menentukan peraturan di rumah, tidak menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi pada kreativitas.
     Hasil-hasil ini pada umumnya memperkuat teori-teori dimana kreativitas dikonsepsikan sebagai bertentangan dengan sifat otoriter (Gowan, 1967), bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari aktualisasi diri individu yang berfungsi sepenuhnya (Maslow, 1962), dan bahwa kreativitas dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan dimana sumber dari pertimbangan evaluative adalah internal (Rogers, 1982) 
    Studi tentang Keluarga Anak Berbakat di Indonesia
    Sehubungan dengan cirri-ciri anak yang menurut orang tua perlu dikembangkan, dalam penelitian ini nyata bahwa orang tua anak berbakat lebih mementingkan cirri “ketekunan” dan “inisiatif” dibandingkan orang tua kelompok anak dengan kecerdasan rata-rata. Dibandingkan orang tua anak berbakat, orang tua anak dengan IQ rata-rata lebih mementingkan cirri “kepatuhan” pada anak. Anak berbakat tidak banyak dituntut orang tua untuk mengerjakan tugas-tugas di rumah dibandingkan dengan anak IQ rata-rata, sehingga mereka lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang mereka senangi. 
    Penelitian tentang Latar Belakang Keluarga Finalis LKIR/LPIR
    Dedi Supriadi (1994) telah melakukan penelitian tentang perubah pribadi dari lingkungan keluarga para finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Mengenai tingkat pendidikan orang tua ditemukan Dedi Supriadi bahwa khususnya tingkat pendidikan ayah berkaitan dengan ragam pengalaman bermakna para finalis. Dikatakan bahwa dominannya peran ayah dalam mendorong anaknya untuk memperoleh pengalaman bermakna erat kaitannya dengan fungsi ayah sebagai figure sentral dalam keluarga. Sedangkan peran ibu lebih menonjol dalam menciptakan iklim kehidupan keluarga yang berkualitas. 

C.     Dampak Sikap Orang Tua Terhadap Kreativitas Anak
1.      Beberapa faktor penentu 
            Menurut Amabile :
            a.       Kebebasan 
            b.      Respek
            c.       Kedekatan emosional yang sedang 
            d.      Prestasi, Bukan Angka
            e.       Orang Tua aktif dan Mandiri 
            f.       Menghargai Kreativitas 
2.      Orang Tua sebagai Model        
Orang tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan    dorongan anak melakukan kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Orang tua hendaknya dapat menghargai minat intrinsik anak, dan menunjukkan masalah, mempertanyakan, menjajaki, dan mengkaji.
3.      Sikap Orang Tua yang Menunjang dan yang Tidak Menunjang Pengembangan Kreatif Anak       
       Dari beberapa penelitian diperoleh hasil, bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, ialah  
a.       Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
b.      Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal 
c.       Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri
d.      Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal 
e.       Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan
f.       Menunjang dan mendorong kegiatan anak 
g.      Menikamati keberadaannya bersama anak
h.      Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak 
i.        Mendorong kemandirian anak dalam bekerja
j.        Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak 
      Adapun sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak ialah :
a.       Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah 
b.      Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua
c.       Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua 
d.      Tidak membolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak
e.       Anak tidak boleh berisik 
f.       Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak
g.      Orang tua memberikan saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas
h.      Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak 
i.        Orang tua tidak sabar dengan anak
j.        Orang tua dan anak adu kekuasaan 
k.      Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas
  
D.    Orang Tua sebagai Pendukung Program Anak Berbakat
      Program pendidikan anak berbakat saat ini belum memasyarakat di Indonesia; masih ada kelompok yang menentangnya atau kurang melihat kegunaannya. Guru anak berbakat hendaknya mengakui peranan penting dari dukungan orang tua dan tidak melihat orang tua sebagai ancaman, misalnya karena terlalu mau ikut campur. Perhatian orang tua terhadap kegiatan mengajar guru dan kerja sama antara guru dengan orang tua sangat menunjang keberhasilan program anak berbakat. 
     Kelompok orang tua dapat membantu menyadarkan orang tua lain akan masalah dan kebutuhan anak berbakat dan kesempatan pendidikan yang dapat diberikan kepada mereka. Kelompok orang tua dapat membantu mengorganisasi kegiatan pengayaan bagi anak berbakat, seperti program akhir minggu atau program mentor. 
    Orang tua yang memiliki keahlian atau keterampilan khusus dapat membantu mengajar seni, musik, dan computer. Orang tua juga dapat menjadi staf sukarela yang membantu dengan berperan sebagai tutor, mengusahakan transportasi untuk karya wisata dan mengawali anak pada kunjungan ke tempat-tempat khusus, dan dengan demikian meluaskan kesempatan yang dapat diberikan sekolah kepada anak berbakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar