BAB
IV
: PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK
A. Teori
Persimpangan Kreativitas (Creativity Intersection)
Keberhasilan kreatif
adalah persimpangan (intersection) antara
keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain
skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik,
dapat juga disebut motivasi batin (Amabile, 1998). Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang tumbuh dari dalam, berbeda dengan motivasi ekstrinsik yang
ditimbulkan dari luar, oleh lingkungan.
B.
Karakteristik Keluarga yang Kreatif
Penelitian Dacey
Dacey (1989) melakukan penelitian di Inggris terhadap kehidupan
keluarga yang berbeda dari keluarga biasa. Penelitian ini meliputi pengetesan
terhadap sampel remaja, dilanjutkan dengan wawancara terhadap anggota keluarga
tentang berbagai topic mengenai gaya hidup keluarga. Menurut Amabile (1983),
“suatu produk adalah kreatif sejauh mana pengamat yang sesuai secara terpisah
menilainya sebagai kreatif. Pengamat yang sesuai ialah mereka yang paham
mengenai bidang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan”.
Empat jenis kreativitas, sesuai dengan empat bidang konten
Struktur Intelek Guilford (1975), yaitu figural, simbolis, semantic, dan sosial
(perilaku), dinilai menurut skala 1-9. Contoh dari produk bidang kreativitas
yang figural ialah seni pahat/ukir, arsitektur, yang simbolis ialah dalam
bidang matematika, musik, balet, yang semantic ialah dalam bidang jurnalistik,
menulis naskah, dan yang sosial (menyangkut perilaku) ialah dalam bidang
psikologi, pendidikan. Kriteria skala penilaian ialah 3, jika produknya tidak
mendapat penghargaan, 5 jika penghargaan bersifat lokal, 7 jika penghargaan
yang diberikan adalah regional, dan 9 jika mendapat penghargaan nasional. Skor
total ialah jumlah dari empat skor untuk empat bidang tersebut di muka.
Data yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari studi ini
ialah :
1.
Korelasi antara tes kreativitas dan
penilaian karya kreatif.
2.
Perbedaan nilai rata-rata (t-test) antara sampel yang kreatif dan
sampel yang tidak dinilai kreatif.
3.
Jawaban terhadap 42 pertanyaan wawancara
dianalisis secara kualitatif.
4.
Orang tua dari 25 remaja yang paling
kreatif diminta untuk mendiskusikan berbagai topik berkenaan dengan apa yang
menghasilkan anak yang kreatif.
Hubungan
antara Latar Belakang Keluarga dan Kinerja Anak
Tahun
1977 penulis telah melakukan studi di Jakarta terhadap 128 siswa kelas enam SD
dan 138 siswa kelas tiga SMP dan orang tua mereka untuk melihat hubungan antara
beberapa perubah lingkungan keluarga dan kinerja anak, termasuk inteligensi
kreativitas dan prestasi belajar (Utam Munandar, 1977).
Beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik dari studi ini adalah :
Pada
tingkat SD kecenderungannya ialah bahwa perhatian pengawasan orang tua terhadap
pekerjaan rumah anak menunjukkan hubungan yang positif dengan kinerja anak,
akan tetapi pada tingkat SMP, anak tidak memerlukan pengawasan orang tua untuk
berprestasi baik. Lalu terlalu banyak ikut campur dari pihak orang tua,
misalnya terhadap cara berbicara anak, minat anak terhadap membaca, dalam
menentukan peraturan di rumah, tidak menghasilkan tingkat kinerja yang lebih
tinggi pada kreativitas.
Hasil-hasil
ini pada umumnya memperkuat teori-teori dimana kreativitas dikonsepsikan
sebagai bertentangan dengan sifat otoriter (Gowan, 1967), bahwa kreativitas
merupakan manifestasi dari aktualisasi diri individu yang berfungsi sepenuhnya
(Maslow, 1962), dan bahwa kreativitas dapat berkembang dalam suasana
non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri
secara bebas, dan dimana sumber dari pertimbangan evaluative adalah internal
(Rogers, 1982)
Studi
tentang Keluarga Anak Berbakat di Indonesia
Sehubungan
dengan cirri-ciri anak yang menurut orang tua perlu dikembangkan, dalam
penelitian ini nyata bahwa orang tua anak berbakat lebih mementingkan cirri
“ketekunan” dan “inisiatif” dibandingkan orang tua kelompok anak dengan
kecerdasan rata-rata. Dibandingkan orang tua anak berbakat, orang tua anak dengan
IQ rata-rata lebih mementingkan cirri “kepatuhan” pada anak. Anak berbakat
tidak banyak dituntut orang tua untuk mengerjakan tugas-tugas di rumah
dibandingkan dengan anak IQ rata-rata, sehingga mereka lebih banyak waktu untuk
melakukan hal-hal yang mereka senangi.
Penelitian
tentang Latar Belakang Keluarga Finalis LKIR/LPIR
Dedi
Supriadi (1994) telah melakukan penelitian tentang perubah pribadi dari
lingkungan keluarga para finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan Lomba
Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Mengenai tingkat pendidikan orang tua
ditemukan Dedi Supriadi bahwa khususnya tingkat pendidikan ayah berkaitan
dengan ragam pengalaman bermakna para finalis. Dikatakan bahwa dominannya peran
ayah dalam mendorong anaknya untuk memperoleh pengalaman bermakna erat
kaitannya dengan fungsi ayah sebagai figure sentral dalam keluarga. Sedangkan
peran ibu lebih menonjol dalam menciptakan iklim kehidupan keluarga yang
berkualitas.
C. Dampak
Sikap Orang Tua Terhadap Kreativitas Anak
1. Beberapa
faktor penentu
Menurut
Amabile :
a. Kebebasan
b. Respek
c. Kedekatan
emosional yang sedang
d. Prestasi,
Bukan Angka
e. Orang
Tua aktif dan Mandiri
f. Menghargai
Kreativitas
2. Orang
Tua sebagai Model
Orang
tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam
dengan dorongan anak melakukan kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan
dan kemungkinan yang ada. Orang tua hendaknya dapat menghargai minat intrinsik
anak, dan menunjukkan masalah, mempertanyakan, menjajaki, dan mengkaji.
3. Sikap
Orang Tua yang Menunjang dan yang Tidak Menunjang Pengembangan Kreatif Anak
Dari
beberapa penelitian diperoleh hasil, bahwa sikap orang tua yang memupuk
kreativitas anak, ialah
a. Menghargai
pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
b. Memberi
waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
c. Membiarkan
anak mengambil keputusan sendiri
d. Mendorong
kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal
e. Meyakinkan
anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang
dihasilkan
f. Menunjang
dan mendorong kegiatan anak
g. Menikamati
keberadaannya bersama anak
h. Memberi
pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
i.
Mendorong kemandirian anak dalam bekerja
j.
Melatih hubungan kerja sama yang baik
dengan anak
Adapun
sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak ialah :
a. Mengatakan
kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah
b. Tidak
membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua
c. Tidak
membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua
d. Tidak
membolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan
nilai yang berbeda dari keluarga anak
e. Anak
tidak boleh berisik
f. Orang
tua ketat mengawasi kegiatan anak
g. Orang
tua memberikan saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas
h. Orang
tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak
i.
Orang tua tidak sabar dengan anak
j.
Orang tua dan anak adu kekuasaan
k. Orang
tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas
D. Orang
Tua sebagai Pendukung Program Anak Berbakat
Program pendidikan anak berbakat saat ini belum memasyarakat di
Indonesia; masih ada kelompok yang menentangnya atau kurang melihat
kegunaannya. Guru anak berbakat hendaknya mengakui peranan penting dari
dukungan orang tua dan tidak melihat orang tua sebagai ancaman, misalnya karena
terlalu mau ikut campur. Perhatian orang tua terhadap kegiatan mengajar guru
dan kerja sama antara guru dengan orang tua sangat menunjang keberhasilan
program anak berbakat.
Kelompok orang tua dapat membantu menyadarkan orang tua lain
akan masalah dan kebutuhan anak berbakat dan kesempatan pendidikan yang dapat
diberikan kepada mereka. Kelompok orang tua dapat membantu mengorganisasi
kegiatan pengayaan bagi anak berbakat, seperti program akhir minggu atau
program mentor.
Orang
tua yang memiliki keahlian atau keterampilan khusus dapat membantu mengajar
seni, musik, dan computer. Orang tua juga dapat menjadi staf sukarela yang
membantu dengan berperan sebagai tutor, mengusahakan transportasi untuk karya
wisata dan mengawali anak pada kunjungan ke tempat-tempat khusus, dan dengan
demikian meluaskan kesempatan yang dapat diberikan sekolah kepada anak
berbakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar