Rabu, 02 Oktober 2013

PENGEMBANGAN KREATIVITAS 3



BAB III : IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN KREATIVITAS

A.    Pengantar
Pada bab ini, akan membahas mengenai alasan untuk mengukur kreativitas dilanjutkan dengan berbagai jenis alat identifikasi bakat dan kemampuan kreatif baik yang berasal dari luar negeri maupun yang diadaptasi dan yang khusus dikonstruksi untuk Indonesia.

B.    Alasan untuk Menemukenali Bakat Kreatif
Ada lima alasan tampak paling penting menurut Dacey (1989) yaitu untuk tujuan pengayaan (enrichment), remedial (perbaikan), bimbingan kejuruan, penilaian program pendidikan, dan mengkaji perkembangan kreativitas pada berbagai tahap kehidupan.

1.  Pengayaan
Tujuan utama dari tes kreativitas ialah untuk mengidentifikasi potensi kreatif anak berbakat. Secara historis, keberbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi tinggi, dan tes inteligensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasi anak berbakat intelektual.  Lewis Terman telah melakukan studi jangka panjang (dari tahun 1925 sampai 1959) terhadap 1528 anak dan remaja dengan IQ 140 atau lebih. Mereka disebut jenius. Terman menemukan bahwa meskipun siswa-siswa ini mencapai prestasi lebih tinggi dari rata-rata siswa, tetapi hanya sedikit sekali diantara mereka yang menjadi termasyhur karena kualitas dari kinerja mereka. Masalah lain ialah bahwa dengan hanya menekankan inteligensi, talenta khusus kurang diperhatikan. Kesamaan antara inteligensi dan talenta ialah apa yang disebut precocity (keadaan cepat menjadi matang). Anak yang precocious adalah seseorang yang mampu melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mereka yang lebih tinggi usianya. Child prodigy adalah seseorang yang prestasinya begitu luar biasa dan langka sehingga menakjubkan. Sebagai contoh ialah Mozart yang semasih kanak-kanak sudah mampu mengubah simfoni, yang sampai sekarang masih sering dimainkan oleh orkes.

2.  Perbaikan (remediasi)Alasan kedua untuk melakukan pengukuran (assessment) ialah untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah. Yang tidak menguntungkan ialah bahwa program remedial dalam kreativitas masih sangat langka, bahkan di Indonesia belum ada. Salah satu sebab ialah karena kita kurang mengetahui bagaimana melakukan hal ini. Kemungkinan sebab lain ialah bahwa banyak orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan, dan tidak sebagai suatu kapasitas yang dapat dipelajari.


3.  Bimbingan Kejuruan 
Penggunaan tes kreativitas untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier masih pada tahap awal. Meskipun demikian, informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam menyarankan siswa untuk mengikuti pendidikan dan kejuruan yang menurut kemampuan kreatif.

4.  Evaluasi 
PendidikanPendidikan sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan program pengembangan kreativitas. Jadi, sesungguhnya faktor-faktor lain juga bertanggung jawab atas menurunnya rata-rata prestasi siswa, yaitu terlalu banyak menonton televise, kurangnya pengawasan atas pekerjaan rumah, dan peningkatan jumlah siswa yang kemampuannya rendah.

5. Pola perkembangan kreativitas 
Davis (1992) melihat tiga penggunaan utama kreativitas, yaitu untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat, untuk tujuan penelitian, dan untuk tujuan konseling.
a.       Identifikasi Anak Berbakat Kreatif 
b.      Penelitian
c.       Konseling

C.    Jenis Alat untuk Mengukur Potensi Kreatif
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan : yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak
langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai cirri tersebut; pengukuran cirri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran non-test. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata yaitu :
 1.      Tes yang mengukur kreativitas secara langsung 
2.      Tes yang mengukur unsur-unsur kreativitaS
3.      Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif
4.      Pengukuran potensi kreatif secara non-test 
5.      Pengamanan langsung terhadap kinerja kreatif

D.    Alat Identifikasi Berdasarkan Enam Bidang Bakat
Sesuai dengan definisi USOE bakat kreatif merupakan salah satu dari enam bidang keberbakatan. Definisi Marland tentang keberbakatan, sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I membedakan enam bidang keberbakatan yaitu :

1.  Identifikasi Kemampuan Intelektual Umum 
Untuk mengidentifikasikan kemampuan intelektual umum biasanya ditentukan dengan IQ (Intelligence Quotient). Tes inteligensi individual merupakan cara yang lebih cermat untuk menemukenali kemampuan intelektual umum anak, karena diberikan secara perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi anak ketika di tes.

2. Indentifikasi Bakat Akademik Khusus 
Cara lain untuk mengidentifikasi anak berbakat intelektual adalah dengan melihat prestasi akademis mereka, bersama-sama dengan pengukuran IQ. Tes yang termasuk baru dan akhir-akhir ini banyak digunakan untuk seleksi mahasiswa yang ingin masuk di perguruan tinggi, jenjang S-1 (sarjana) atau jenjang S-2 (magister) ialah Tes Potensi Akademik (TPA). Tes ini terdiri dari berbagai sub-tes, dan memberikan petunjuk sejauh mana peserta tes memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan tersier.

3. Identifikasi Bakat Kepemimpinan 
Kemampuan untuk memimpin tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga memiliki perubahan kepribadian lainnya. Berdasarkan tinjauan teori dan hasil riset, pada umumnya ditemukan faktor berikut yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan (Stogdill, 1992) :
a.       Kapasitas 
b.      Prestasi 
c.       Tanggung jawab
d.      Peran serta 
e.       Status
f.       Situasi

4. Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukan
Menemukenali bakat dalambidang seni visual dan pertunjukan tidak mudah. Masalahnya ialah bahwa ada keragaman kategori talenta dan belum ada alat yang canggih untuk mengukur bermacam-macam bidang talenta tersebut. Baik kategori maupun hasil penelitian menekankan bahwa pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni visual dan pertunjukan adalah cerdas, dan kreativitas juga merupakan faktor yang menentukan, disamping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni. 

5.  Identifikasi Bakat Psikomotor 
Untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya menjaring dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor tersebut memerlukan inovasi (misalnya untuk dapat merancang perabot baru, bagi musikus untuk dapat melakukan improvisasi, dan sebagainya).

6.  Identifikasi Bakat Kreatif 
Kreativitas merupakan bentuk yang majemuk, oleh karena itu penyusunan ukuran-ukuran untuk mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai dengan definisi kerja dari konsep tersebut. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemampun pada saat yang sama. Sedangkan Guilford (1967) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan format tes yang pada umumnya menurut subjek untuk berespons terhadap banyak stimulus (rangsangan), masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek. Sebagai tambahan, ada alat tes yang mengidentifikasi pribadi kreatif melalui :
-biografi atau persepsi kreatif 
-alat yang mengukur sikap dan motivasi
-alat yang mengukur konsep diri kreatif 
-alat untuk konformitas-nonkonformitas
-alat yang mengukur fungsi belahan otak kiri dan kanan 
-alat yang mengukur berpikir dalam tindakan dan gerakan.

E.    Beberapa Tes Kreativitas dari Luar Negeri
1.    Tes Kemampuan Berpikir Divergen (Guilford) 
Model tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelek mencakup dimensi operasi (proses) dengan lima kategori mental, dimensi Content dengan empat kategori, dan dimensi produk dengan enam kategori. Yang berkaitan dengan kreativitas ialah berpikir divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi (perincian).

2.  Tes Torrance Mengenai Kemampuan Berpikir Kreatif 
Tes Torrance dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan (serentak) dari beberapa operasi mental kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan kerincian (elaborasi).

3.   Tes Berpikir Kreatif – Produksi Menggambar 
Tes kreativitas yang termasuk baru ialah yang dikonstruksi oleh Jellen dan Urban (1985) yang disebut Test for Creative Thinking – Drawing Production (TCT-DP). Tes ini berbeda dari tes Guilford dan Torrance, karena skornya tidak berdasarkan kelangkaan secara statistic, tetapi berdasarkan apa yang disebut image production. Responden diminta untuk menyelesaikan gambar yang tidak lengkap, (rangsangan-rangsangan figural), dan penilaiannya mencakup Sembilan dimensi, yaitu melengkapi, melanjutkan, unsur baru, hubungan yang dibuat dengan garis, hubungan yang berkaitan dengan tema, melintasi batas (dua kriteria), perspektif, dan humor.

 4.   Berpikir Kreatif dengan Bunyi dan Kata 
Ukuran talenta kreatif lainnya berhubungan dengan orisinalitas dan imajinasi; tamsil (imagery) dan analogi, yaitu Thinking Creatively With Sounds and Words (Torrance, Khatena dan Cunnington, 1973). Tes ini terdiri dari dua ukuran orisinalitas verbal. Salah satunya ialah tes sounds and images yang menampilkan rangsangan dalam bentuk suara bunyi yang berkisar dari sederhana sampai rumit. Suara-suara ini merangsang intelektual manusia bersilang tindak (interact) dengan emosi untuk memunculkan respons yang imajinatif. 

 5.   Inventory Khatena – Torrance mengenai Persepsi Kreatif
Alat ukur pertama, What Kind of Person Are You? Adalah berdasarkan pertimbangan bahwa seseorang mempunyai diri aku psikologis dengan cara-cara perilaku kreatif dan tidak kreatif. Alat kedua, Something About Myself, adalah berdasarkan pertimbangan bahwa kreativitas tercermin dari karakteristik kepribadian seseorang, dalam cara berpikirnya, dan dalam produk-produk yang muncul sebagai hasil dari dorongan kreatif mereka. Pendekatan yang bermanfaat untuk menjaring siswa berbakat adalah dengan memperoleh keterangan tentang tingkat siswa dalam : 
a.       Kemampuan umum (sedapat mungkin baik verbal maupun non-verbal)
b.      Kemampuan berpikir kreatif 
c.       Prestasi belajar
d.      Keterangan khusus sehubungan dengan bidang talenta dimana siswa diharapkan menunjukkan keunggulannya, dan apabila tidak ada alat ukur yang tersedia untuk ini, dapat digunakan kuesioner untuk membantu perolehan data. 

F.    Alat Ukur Kreativitas di Indonesia
Tes untuk mengukur kreativitas meliputi aptitude traits atau ciri kognitif dari kreativitas dan non-aptitude traits atau ciri afektif dari kreativitas. Tes kreativitas pertama yang dikonstruksi di Indonesia pada tahun 1977, ialah tes kreativitas verbal (mengukur kemampuan berpikir divergen) dan skala sikap kreatif (Utami Munandar, 1977)

1.      Tes Kreativitas Verbal
Keenam subtes dari tes kreativitas verbal, ialah : 
a.       Permulaan kata
b.      Menyusun kata 
c.       Membentuk kalimat tiga kata
d.      Sifat-sifat yang sama 
e.       Macam-macam penggunaan
f.       Apa akibatnya  

2.      Tes Kreativitas Figural (TKF)
Tes kreativitas yang merupakan adaptasi dari Circle Test dari Torrance, pertama digunakan di Indonesia pada tahun 1976 (Utami Munandar, 1977). Manfaat dari penelitian ini ialah memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir kreatif. TKF mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. TKF juga memungkinkan mendapat ukuran dari kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi  antara unsur-unsur yang diberikan, yaitu dengan memberikan skor untuk bonus orisinalitas jika subjek mampu menggabung dua lingkaran atau lebih menjadi satu objek; makin banyak lingkara yang dapat digabung, makin tinggi nilai (skor) yang diperoleh. 

3.      Skala Sikap Kreatif
Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut: 
-keterbukaan terhadap pengalaman baru
-kelenturan dalam berpikir 
-kebebasan dalam ungkapan diri
-menghargai fantasi 
-minat terhadap kegiatan kreatif
-kepercayaan terhadap gagasan sendiri 
-kemandirian dalam memberi pertimbangan
  
4.      Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru
Skala penilaian anak berbakat yang disusun oleh Renzulli dkk (1971), terdiri atas empat sub skala, tiga diantaranya sesuai dengan defenisi Renzulli tentang keberbakatan, yaitu ciri kemampuan intelektual umum, ciri pengikatan diri terhadap tugas (motivasi), dan ciri kreativitas. Skala ini dibuat dalam buku “Pemanduan Anak Berbakat” (Utami Munandar, 1982), dan yang dikemukakan sekarang hanya subskala untuk kreativitas, yang meliputi ciri-ciri : 
a.       Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
b.      Sering mengajukan pertanyaan yang baik 
c.       Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
d.      Bebas dalam menyatakan pendapat 
e.       Mempunyai rasa keindahan yang dalam 
f.       Menonjol dalam salah satu bidang seni
g.      Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut pandang 
h.      Mempunyai rasa humor yang luas 
i.        Mempunyai daya imajinasi 
j.        Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah 

Untuk setiap pernyataan ada lima kemungkinan pilihan jawaban, yaitu :
a.       Jarang atau tidak pernah mengamati ciri tersebut pada anak 
b.      Kadang-kadang/pernah mengamati ciri tersebut pada anak
c.       Sering mengamati ciri tersebut pada anak 
d.      Hampir selalu mengamati ciri tersebut pada anak
e.       Tidak tahu atau ragu-ragu mengamati ciri tersebut pada anak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar