BAB III : IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN KREATIVITAS
A.
Pengantar
Pada bab ini, akan membahas
mengenai alasan untuk mengukur kreativitas dilanjutkan dengan berbagai jenis alat identifikasi bakat dan kemampuan kreatif baik yang berasal dari luar
negeri maupun yang diadaptasi dan yang khusus dikonstruksi untuk Indonesia.
B.
Alasan
untuk Menemukenali Bakat Kreatif
Ada lima alasan tampak paling
penting menurut Dacey (1989) yaitu untuk tujuan pengayaan (enrichment), remedial (perbaikan), bimbingan kejuruan, penilaian
program pendidikan, dan mengkaji perkembangan kreativitas pada berbagai tahap
kehidupan.
1. Pengayaan
Tujuan
utama dari tes kreativitas ialah untuk mengidentifikasi potensi kreatif anak
berbakat. Secara historis, keberbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi
tinggi, dan tes inteligensi tradisional merupakan ciri utama untuk
mengidentifikasi anak berbakat intelektual.
Lewis Terman telah melakukan studi jangka panjang (dari tahun 1925
sampai 1959) terhadap 1528 anak dan remaja dengan IQ 140 atau lebih. Mereka
disebut jenius. Terman menemukan bahwa meskipun siswa-siswa ini mencapai
prestasi lebih tinggi dari rata-rata siswa, tetapi hanya sedikit sekali
diantara mereka yang menjadi termasyhur karena kualitas dari kinerja mereka.
Masalah lain ialah bahwa dengan hanya menekankan inteligensi, talenta khusus
kurang diperhatikan. Kesamaan antara inteligensi dan talenta ialah apa yang
disebut precocity (keadaan cepat
menjadi matang). Anak yang precocious adalah
seseorang yang mampu melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mereka yang
lebih tinggi usianya. Child prodigy
adalah seseorang yang prestasinya begitu luar biasa dan langka sehingga
menakjubkan. Sebagai contoh ialah Mozart yang semasih kanak-kanak sudah mampu
mengubah simfoni, yang sampai sekarang masih sering dimainkan oleh orkes.
2. Perbaikan
(remediasi)Alasan
kedua untuk melakukan pengukuran (assessment)
ialah untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat rendah. Yang
tidak menguntungkan ialah bahwa program remedial dalam kreativitas masih sangat
langka, bahkan di Indonesia belum ada. Salah satu sebab ialah karena kita
kurang mengetahui bagaimana melakukan hal ini. Kemungkinan sebab lain ialah
bahwa banyak orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan, dan tidak
sebagai suatu kapasitas yang dapat dipelajari.
3. Bimbingan
Kejuruan
Penggunaan
tes kreativitas untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karier
masih pada tahap awal. Meskipun demikian, informasi mengenai kemampuan ini
berguna dalam menyarankan siswa untuk mengikuti pendidikan dan kejuruan yang
menurut kemampuan kreatif.
4. Evaluasi
PendidikanPendidikan
sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan
program pengembangan kreativitas. Jadi, sesungguhnya faktor-faktor lain juga
bertanggung jawab atas menurunnya rata-rata prestasi siswa, yaitu terlalu
banyak menonton televise, kurangnya pengawasan atas pekerjaan rumah, dan
peningkatan jumlah siswa yang kemampuannya rendah.
5. Pola
perkembangan kreativitas
Davis
(1992) melihat tiga penggunaan utama kreativitas, yaitu untuk mengidentifikasi
siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat, untuk tujuan penelitian,
dan untuk tujuan konseling.
a. Identifikasi
Anak Berbakat Kreatif
b. Penelitian
c. Konseling
C.
Jenis
Alat untuk Mengukur Potensi Kreatif
Potensi kreatif dapat
diukur melalui beberapa pendekatan : yaitu pengukuran langsung; pengukuran
tidak
langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai cirri tersebut; pengukuran cirri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran non-test. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata yaitu :
langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai cirri tersebut; pengukuran cirri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran non-test. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata yaitu :
1. Tes
yang mengukur kreativitas secara langsung
2. Tes
yang mengukur unsur-unsur kreativitaS
3. Tes
yang mengukur ciri kepribadian kreatif
4. Pengukuran
potensi kreatif secara non-test
5. Pengamanan
langsung terhadap kinerja kreatif
D.
Alat
Identifikasi Berdasarkan Enam Bidang Bakat
Sesuai dengan definisi
USOE bakat kreatif merupakan salah satu dari enam bidang keberbakatan. Definisi
Marland tentang keberbakatan, sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I
membedakan enam bidang keberbakatan yaitu :
1. Identifikasi
Kemampuan Intelektual Umum
Untuk
mengidentifikasikan kemampuan intelektual umum biasanya ditentukan dengan IQ
(Intelligence Quotient). Tes inteligensi individual merupakan cara yang lebih
cermat untuk menemukenali kemampuan intelektual umum anak, karena diberikan
secara perorangan sehingga memungkinkan mengobservasi anak ketika di tes.
2. Indentifikasi
Bakat Akademik Khusus
Cara
lain untuk mengidentifikasi anak berbakat intelektual adalah dengan melihat
prestasi akademis mereka, bersama-sama dengan pengukuran IQ. Tes yang termasuk
baru dan akhir-akhir ini banyak digunakan untuk seleksi mahasiswa yang ingin
masuk di perguruan tinggi, jenjang S-1 (sarjana) atau jenjang S-2 (magister)
ialah Tes Potensi Akademik (TPA). Tes ini terdiri dari berbagai sub-tes, dan
memberikan petunjuk sejauh mana peserta tes memenuhi syarat untuk mengikuti
pendidikan tersier.
3. Identifikasi
Bakat Kepemimpinan
Kemampuan
untuk memimpin tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga memiliki
perubahan kepribadian lainnya. Berdasarkan tinjauan teori dan hasil riset, pada
umumnya ditemukan faktor berikut yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan
(Stogdill, 1992) :
a. Kapasitas
b. Prestasi
c. Tanggung
jawab
d. Peran
serta
e. Status
f. Situasi
4. Identifikasi Bakat Seni Visual dan Pertunjukan
Menemukenali
bakat dalambidang seni visual dan pertunjukan tidak mudah. Masalahnya ialah
bahwa ada keragaman kategori talenta dan belum ada alat yang canggih untuk
mengukur bermacam-macam bidang talenta tersebut. Baik kategori maupun hasil
penelitian menekankan bahwa pada umumnya orang yang bertalenta dalam seni
visual dan pertunjukan adalah cerdas, dan kreativitas juga merupakan faktor
yang menentukan, disamping kemampuan dan keterampilan khusus dalam bidang seni.
5. Identifikasi
Bakat Psikomotor
Untuk
mengidentifikasi tingkat kemampuan psikomotor, sebaiknya menjaring dahulu untuk
menentukan tingkat kemampuan intelektual, kemampuan yang khusus berkaitan
dengan bidang talenta, kemampuan berpikir kreatif jika kemampuan psikomotor
tersebut memerlukan inovasi (misalnya untuk dapat merancang perabot baru, bagi
musikus untuk dapat melakukan improvisasi, dan sebagainya).
6. Identifikasi
Bakat Kreatif
Kreativitas
merupakan bentuk yang majemuk, oleh karena itu penyusunan ukuran-ukuran untuk
mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai dengan definisi kerja dari konsep
tersebut. Torrance (1974) mengukur kemampuan melalui penampilan beberapa tugas
majemuk yang dirancang untuk memicu ungkapan beberapa kemampun pada saat yang
sama. Sedangkan Guilford (1967) mengukur berpikir divergen dengan menggunakan
format tes yang pada umumnya menurut subjek untuk berespons terhadap banyak
stimulus (rangsangan), masing-masing mengukur komponen khusus dari struktur intelek.
Sebagai tambahan, ada alat tes yang mengidentifikasi pribadi kreatif melalui :
-biografi
atau persepsi kreatif
-alat
yang mengukur sikap dan motivasi
-alat
yang mengukur konsep diri kreatif
-alat
untuk konformitas-nonkonformitas
-alat
yang mengukur fungsi belahan otak kiri dan kanan
-alat
yang mengukur berpikir dalam tindakan dan gerakan.
E.
Beberapa
Tes Kreativitas dari Luar Negeri
1. Tes
Kemampuan Berpikir Divergen (Guilford)
Model
tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelek mencakup dimensi operasi
(proses) dengan lima kategori mental, dimensi Content dengan empat kategori, dan dimensi produk dengan enam
kategori. Yang berkaitan dengan kreativitas ialah berpikir divergen sebagai
operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif, meliputi
kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi (perincian).
2. Tes
Torrance Mengenai Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes Torrance dimaksudkan untuk memicu ungkapan
secara simultan (serentak) dari beberapa operasi mental kreatif yang terutama
mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan kerincian (elaborasi).
3. Tes
Berpikir Kreatif – Produksi Menggambar
Tes
kreativitas yang termasuk baru ialah yang dikonstruksi oleh Jellen dan Urban
(1985) yang disebut Test for Creative Thinking – Drawing Production (TCT-DP).
Tes ini berbeda dari tes Guilford dan Torrance, karena skornya tidak
berdasarkan kelangkaan secara statistic, tetapi berdasarkan apa yang disebut image production. Responden diminta
untuk menyelesaikan gambar yang tidak lengkap, (rangsangan-rangsangan figural),
dan penilaiannya mencakup Sembilan dimensi, yaitu melengkapi, melanjutkan,
unsur baru, hubungan yang dibuat dengan garis, hubungan yang berkaitan dengan
tema, melintasi batas (dua kriteria), perspektif, dan humor.
4. Berpikir
Kreatif dengan Bunyi dan Kata
Ukuran
talenta kreatif lainnya berhubungan dengan orisinalitas dan imajinasi; tamsil (imagery) dan analogi, yaitu Thinking Creatively With Sounds and Words (Torrance,
Khatena dan Cunnington, 1973). Tes ini terdiri dari dua ukuran orisinalitas
verbal. Salah satunya ialah tes sounds
and images yang menampilkan rangsangan dalam bentuk suara bunyi yang
berkisar dari sederhana sampai rumit. Suara-suara ini merangsang intelektual
manusia bersilang tindak (interact)
dengan emosi untuk memunculkan respons yang imajinatif.
5. Inventory
Khatena – Torrance mengenai Persepsi Kreatif
Alat
ukur pertama, What Kind of Person Are
You? Adalah berdasarkan pertimbangan bahwa seseorang mempunyai diri aku
psikologis dengan cara-cara perilaku kreatif dan tidak kreatif. Alat
kedua, Something About Myself, adalah
berdasarkan pertimbangan bahwa kreativitas tercermin dari karakteristik
kepribadian seseorang, dalam cara berpikirnya, dan dalam produk-produk yang
muncul sebagai hasil dari dorongan kreatif mereka. Pendekatan yang bermanfaat
untuk menjaring siswa berbakat adalah dengan memperoleh keterangan tentang
tingkat siswa dalam :
a. Kemampuan
umum (sedapat mungkin baik verbal maupun non-verbal)
b. Kemampuan
berpikir kreatif
c. Prestasi
belajar
d. Keterangan
khusus sehubungan dengan bidang talenta dimana siswa diharapkan menunjukkan
keunggulannya, dan apabila tidak ada alat ukur yang tersedia untuk ini, dapat
digunakan kuesioner untuk membantu perolehan data.
F.
Alat
Ukur Kreativitas di Indonesia
Tes untuk mengukur
kreativitas meliputi aptitude traits atau
ciri kognitif dari kreativitas dan non-aptitude
traits atau ciri afektif dari kreativitas. Tes kreativitas pertama yang
dikonstruksi di Indonesia pada tahun 1977, ialah tes kreativitas verbal
(mengukur kemampuan berpikir divergen) dan skala sikap kreatif (Utami Munandar,
1977)
1. Tes
Kreativitas Verbal
Keenam
subtes dari tes kreativitas verbal, ialah :
a. Permulaan
kata
b. Menyusun
kata
c. Membentuk
kalimat tiga kata
d. Sifat-sifat
yang sama
e. Macam-macam
penggunaan
f. Apa
akibatnya
2. Tes
Kreativitas Figural (TKF)
Tes
kreativitas yang merupakan adaptasi dari Circle
Test dari Torrance, pertama
digunakan di Indonesia pada tahun 1976 (Utami Munandar, 1977). Manfaat dari
penelitian ini ialah memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran
kemampuan berpikir kreatif. TKF mengukur aspek kelancaran, kelenturan,
orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. TKF juga
memungkinkan mendapat ukuran dari kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat
kombinasi antara unsur-unsur yang
diberikan, yaitu dengan memberikan skor untuk bonus orisinalitas jika subjek
mampu menggabung dua lingkaran atau lebih menjadi satu objek; makin banyak
lingkara yang dapat digabung, makin tinggi nilai (skor) yang diperoleh.
3. Skala
Sikap Kreatif
Sikap
kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut:
-keterbukaan
terhadap pengalaman baru
-kelenturan
dalam berpikir
-kebebasan
dalam ungkapan diri
-menghargai
fantasi
-minat
terhadap kegiatan kreatif
-kepercayaan
terhadap gagasan sendiri
-kemandirian
dalam memberi pertimbangan
4. Skala
Penilaian Anak Berbakat oleh Guru
Skala
penilaian anak berbakat yang disusun oleh Renzulli dkk (1971), terdiri atas
empat sub skala, tiga diantaranya sesuai dengan defenisi Renzulli tentang
keberbakatan, yaitu ciri kemampuan intelektual umum, ciri pengikatan diri
terhadap tugas (motivasi), dan ciri kreativitas. Skala ini dibuat dalam buku
“Pemanduan Anak Berbakat” (Utami Munandar, 1982), dan yang dikemukakan sekarang
hanya subskala untuk kreativitas, yang meliputi ciri-ciri :
a. Rasa
ingin tahu yang luas dan mendalam
b. Sering
mengajukan pertanyaan yang baik
c. Memberikan
banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
d. Bebas
dalam menyatakan pendapat
e. Mempunyai
rasa keindahan yang dalam
f. Menonjol
dalam salah satu bidang seni
g. Mampu
melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut pandang
h. Mempunyai
rasa humor yang luas
i.
Mempunyai daya imajinasi
j.
Orisinal dalam ungkapan gagasan dan
dalam pemecahan masalah
Untuk
setiap pernyataan ada lima kemungkinan pilihan jawaban, yaitu :
a. Jarang
atau tidak pernah mengamati ciri tersebut pada anak
b. Kadang-kadang/pernah
mengamati ciri tersebut pada anak
c. Sering
mengamati ciri tersebut pada anak
d. Hampir
selalu mengamati ciri tersebut pada anak
e. Tidak
tahu atau ragu-ragu mengamati ciri tersebut pada anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar