Selasa, 15 Oktober 2013

LINGKUNGAN YANG MERANGSANG PERKEMBANGAN BAKAT DAN KREATIVITAS 2


BAB V : PERANAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK



A.     Karakteristik Guru Anak Berbakat 
      Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu dalam pembentukan nilai pada anak (nilai hidup, nilai moral, nilai sosial), memilih pengalaman belajar, menentukan metode atau strategi mengajar, dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa. Walaupun begitu, tidak semua guru dapat mengajar siswa berbakat. Mandel dan Fiscus (1987) melaporkan hasil penelitian bahwa siswa berbakat dapat bereaksi dengan kemarahan, kebencian, atau kesebalan jika guru menekan mereka.
     Daftar cirri guru anak berbakat yang dihimpun oleh Davis (1987) menyebutkan cirri-ciri sebagai berikut : sikap demokratis, ramah dan member perhatian perorangan, sabar, minat luas, penampilan yang menyenangkan, adil, tidak memihak, rasa humor, perilaku konsisten, memberi perhatian terhadap masalah anak, kelenturan (fleksibilitas), menggunakan penghargaan dan pujian, dan kemahiran yang luar biasa dalam mengajar subjek tertentu.
   Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi tiga kelompok yaitu :
  1.  Karakteristik filosofis perlu dipertimbangkan dalam seleksi guru anak berbakat. Sebagai contoh, seorang kepala sekolah mengusulkan rencana membuat kelas khusus untuk anak berbakat dalam matematika dan bahasa, yang meliputi baik pengayaan (enrichment) maupun percepatan (akselerasi).
       Strom (1983) mengemukakan konflik filosofis lain dapat dialami guru dengan anak berbakat. Guru cenderung berpikir bahwa anak berbakat dapat berhasil dari dirinya sendiri, sehingga tidak perlu diperhatikan. Kadang-kadang guru cenderung berpikir juga bahwa selama anak berbakat mencapai nilai tertinggi dan tidak menimbulkan masalah, tidak perlu mempertimbangkan ketidakpuasaan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka.
   Menurut Wellborn (1987) guru dapat mengalami kesulitan filosofis dengan upaya pengembangan kreativitas di dalam kelas. Siswa yang berbakat kreatif melaporkan bahwa mereka di dalam kelas dimarahi, dicemoohkan, dan tidak memperoleh tantangan dalam belajar.
2.  Karakteristik profesional dari guru dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan (in-service training) seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik, dan strategi yang maju (advanced) dalam mata ajaran tertentu, memberikan pelatihan inquiry, dan memahami ilmu computer.
     Plowman (1987) membedakan sepuluh kelompok karakteristik professional guru anak berbakat, yaitu :
a.       Assessment anak berbakat
b.      Mengetahui tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat
c.       Menggunakan data assessment dalam merencanakan program individual untuk anak berbakat
d.      Mengetahui tentang model kurikulum yang penting untuk pendidikan anak berbakat
e.       Mampu dalam menggunakan dinamika kelompok
f.        Mengetahui tentang berbagai program untuk anak berbakat, minat, dan komitmen terhadap pembelajaran anak berbakat
g.       Mengetahui tentang aturan dan hukum sehubungan dengan pendidikan anak berbakat
h.       Mengetahui dan mampu untuk membimbing anak berbakat dan orang tua mereka
i.         Mengetahui tentang kecenderungan dan isu dewasa ini dalam pendidikan anak berbakat
3.    Karakteristik pribadi guru anak berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan kelenturan (fleksibilitas).
    Lindsey (1987) menyimpulkan karakteristik pribadi dari guru yang berhasil bekerja dengan anak berbakat, mencakup memahami dan menerima diri sendiri, mempunyai kekuatan ego, kepekaan terhadap orang lain, minat intelektual diatas rata-rata, serta bertanggung jawab terhadap perilaku diri sendiri dan akibatnya. Karakteristik pribadi lainnya ialah empati, tenggang rasa, orisinalitas, antusiasme, dan aktualisasi diri.

 
B.  Persiapan Guru Anak Berbakat
1.      Program Bergelar
Kebanyakan program guru anak berbakat mempersyaratkan kompetensi, sebagai berikut : 
a.       Mengetahui tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat
b.      Mempunyai keterampilan dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi 
c.       Mengetahui tentang kebutuhan afektif dan kognitif dari anak berbakat
d.      Mempunyai kemampuan untuk melakukan penelitiane.       Mempunyai kemampuan untuk membimbing dan member konseling kepada anak berbakat dan orang tua mereka
2.      Pelatihan dalam Jabatan
Pelatihan dalam jabatan bisa kurang efektif jika dilaksanakan oleh pakar-pakar dari luar dalam bentuk lokakarya, seminar, atau proyek jangka pendek, jika tidak ada kesempatan atau waktu untuk tindak lanjut. Untuk mengatasi masalah ini, Gallagher (1983) mengajukan rencana yang mencakup tiga butir. 
a.       Pengukuran atau penilaian kebutuhan
b.      Kontrak atau persetujuan formal sehubungan dengan waktu dan cara pemberian pelajaran 
c.       Bank narasumber yang menghimpun semua jenis informasi tentang personalia dan sumber yang tersedia.
Program pelatihan guru anak berbakat yang biasanya diberikan, termasuk di Indonesia, secara garis besar meliputi : 
a.       Karakteristik dan identifikasi anak berbakat
b.      Memahami proses kognitif, afektif, psikomotor, dan proses pemikiran tingkat tinggi 
c.       Strategi mengajar dan lingkungan belajar yang sesuai dengan gaya dan minat anak berbakat
d.      Organisasi penyelenggaraan program 
e.       Evaluasi program

C.     Siapa Saja yang Dapat Menjadi Guru Anak Berbakat?
1.      Mentor pada Program Anak Berbakat 
a.       Peranan Mentor
            Mentor Pribadi 
Yang dapat menjadi mentor pribadi bisa seorang guru yang meningkatkan keterampilan dan perkembangan intelektual siswa; bisa seorang sponsor yang menggunakan pengaruhnya untuk membantu kemajuan anak. 
           Mentor sebagai narasumber
Program sekolah dapat menunjuk mentor untuk melengkapi pendidikan anak berbakat. Mentor ini biasanya sukarelawan dari masyarakat yang mengundang anak berbakat untuk mengunjungi tempat kerja mereka.
b.       KarakteristikKarakteristik yang penting dari mentor adalah sebagai berikut :  
Karakteristik yang penting dari mentor adalah sebagai berikut : 
·        Mempunyai keterampilan, minat, atau kegiatan khusus yang menarik minat siswa
·        Mampu membina siswa ke pengalaman pribadi yang bermakna 
·        Bersifat fleksibel dalam membantu kegiatan siswa
·        Merupakan model peran bagi siswa 
·        Menunjukkan minat terhadap siswa sebagai pelajar dan sebagai individu
c.     Hubungan mentor atau siswa 
Boston (1987) menganalisa hubungan antara mentor dan siswa berbakat, dan menyimpulkan:
·        Program mentor dalam pendidikan anak berbakat haruslah berakar dalam belajar eksperimental 
·        Baik mentor maupun siswa berbakat melibatkan diri dalam komitmen dwi rangkap (dual commitment)
·        Program mentor untuk siswa berbakat haruslah berakhir terbuka dalam arti memberi kemungkinan untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah 
·        Instruksi dan evaluasi haruslah berdasarkan kompetensi
2.      Orang tua
Delp dan Martinson (1989) memberi saran bagaimana sekolah dapat melibatkan orang tua berbakat, antara lain :
a.       Orang tua memberi informasi mengenai anaknya untuk membantu menentukan minat, kemampuan, kebutuhan, dan perkembangan anak berbakat
b.      Orang tua membantu guru dalam menyelenggarakan proyek individual, program mentor, kelompok minat khusus, dan karya wisata. 
c.       Orang tua berperan serta dalam panitia penasihat untuk masalah anak berbakat.
3.      Psikolog
 Psikolog dapat membantu dalam mengembangkan kesempatan pelatihan intensif untuk guru anak berbakat, dengan membantu guru lebih memahami sifat dan kebutuhan anak berbakat, mengembangkan metode yang mendorong pertumbuhan kreativitas harga diri, dan rasa ingin tahu (kemelitan) 
4.      Konselor
Konselor dapat membantu siswa berbakat untuk belajar lebih memahami diri sendiri dan untuk mengambil keputusan yang bijak, baik dalam menentukan mata ajaran pilihan maupun dalam bidang pilihan karier.

D.     Membangkitkan Kreativitas di Sekolah
1.    Sikap Guru
Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan anak untuk bisa diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas. Beberapa peneliti menugaskan anak membaca teks ilmu pengetahuan sosial dengan tiga cara instruksi yang berbeda : a) tidak diarahkan (non-directed), b) tidak diawasi tetapi diarahkan (non-controlling but directed), dan c) diawasi plus diarahkan (controlling and directed).
2.      Falsafah Mengajar
Falsafah mengajar yang mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, adalah sebagai berikut: 
a.       Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan
b.      Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik 
c.       Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif
d.      Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang didalam kelas. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan 
e.       Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas
f.        Kerja sama selalu lebih daripada kompetisi 
g.       Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata

E.     Strategi Mengajar
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas. 
1.      Penilaian
      Penilaian guru terhadap pekerjaan murid menurut Amabile (1989) mungkin merupakan pembunuh kreativitas paling besar. Apa yang dapat dilakukan guru? 
a.       Memberikan umpan balik yang berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas.
b.      Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka 
c.       Penekanannya hendaknya terhadap “Apa yang telah kau pelajari?” dan bukan pada “Bagaimana kau melakukannya?”
      Dalam kelas yang menunjang kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melalui interaksi yang terus menerus dengan siswa. Jadi sistem ini membuat evaluasi lebih bersifat memberi informasi daripada mengawasi.
2.      Hadiah 
Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa materi (intangible), seperti : senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempersentasikan pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan.
3.      Pilihan
Sedapat mungkin, berilah kesempatan kepada anak untuk memilih. Misalnya, boleh memilih topik karangannya sendiri. Dalam pelajaran sains anak dapat memilih eksperimen mana yang akan dilakukan. Kreativitas tidak akan berkembang jika anak hanya dapat melakukan sesuatu dengan satu cara. Anak memerlukan arah tujuan. Mereka memerlukan batasan dan garis besar dalam mengerjakan suatu tugas. Tetapi dalam batasan-batasan ini, hendaknya mereka dimungkinkan untuk membuat pilihan.









1 komentar:

  1. bandar Togel online terpercaya di indonesia

    Ayo segera
    Agen TOGEL 4DPOIN,Online Terpercaya.
    Minimal Deposit Dan Withdraw 20.000
    Keterangan Lebih Lanjut, Anda Bisa Hubungi Disini.
    ★ Pin BBM : D1A279B6
    ★ Pin BBM : 7B83E334
    ★ Whatsapp : +85598291698
    ★ Skype : Poin.4D
    ★ Line : +85598291698

    BalasHapus