PERAN APA SAJA YANG SUDAH DILAKUKAN
KELUARGA SAYA UNTUK DAPAT MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SAYA? DAN APAKAH PERAN
SEKOLAH, dan MASYARAKAT DAPAT MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SAYA?
Pertanyaan
diatas akan saya coba jelaskan melalui teori-teori kreativitas dan mencoba
menganalisis diri saya sendiri tentang apakah saya memiliki jiwa kreativitas
dan orang-orang yang berperan dalam pengembangan kreativitas saya.
A. PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK
A. PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK
1. Teori
Persimpangan Kreativitas (Creativity Intersection)
Untuk
dapat mewujudkan kreativitas anak, anak perlu dilatih dengan keterampilan
tertentu sesuai minat pribadinya sehingga dapat mengembangkan bakat dan talenta
yang dimilikinya. Keberhasilan kreatif adalah persimpangan (intersection)
antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan
berpikir dan bekerja kreatif. Contohnya
: pada waktu kecil, saat duduk disekolah dasar, saya dilatih untuk dapat
membaca seperti mengeja kata demi kata, menghitung seperti menghitung
perhitungan yang mudah, dan menulis yaitu mengenali pertama sekali huruf-huruf,
serta menghafal masing-masing hal-hal yang mudah diingat. Ibu saya
mengajarkannya dengan cara-cara berbeda setiap kali belajar hal-hal tersebut.
2. Karakteristik
Keluarga yang kreatif
Penelitian
dacey, kesimpulan yang dapat ditarik di dalam keluarga saya ialah :
a.
Faktor Genetic versus Lingkungan
Peranan
faktor lingkungan seperti cara asuhan orang tua saya dan iklim dan keluarga
sangat penting dalam mengembangkan kreativitas saya.
b.
Aturan Perilaku
Di
dalam keluarga, orang tua saya tidak terlalu menetapkan berbagai aturan dalam
cara asuhan. Tetapi mereka meneladankan nilai-nilai yang jelas dalam setiap
perilaku yang hendak dilakukan.
c.
Humor
Dalam
keluarga saya, sering terjadi humoris yaitu bercanda ria baik itu kepada orang
tua maupun kepada saudara masing-masing. Berlaku juga memberikan nama julukan
satu sama lain agar terjadi kekompakan dalam satu keluarga tersebut.
d.
Bekerja keras
Dalam
mengembangkan kreativitas, kreativitas tidak begitu saja didapat. Kreativitas
hanya sedikit merupakan dari hasil ilham dan jauh lebih banyak didapat dari
hasil kerja keras diri sendiri seperti berlaku juga dalam berbagai macam pekerjaan
termasuk pekerjaan rumah dan tugas dalam keluarga.
e.
Dominasi Lateral.
Beberapa
teoretikus berpendapat bahwa kekidalan lebih banyak ditemukan pada
pribadi-pribadi kreatif, karena merupakan petunjuk bahwa lebih dikuasai oleh
belahan otak kanan. Pada waktu kecil, dalam melakukan segala hal saya selalu
kidal. Tetapi setelah umur-umur 10 tahun, saya diajari untuk mengurangi
kekidalan saya.
3. Dampak
Sikap Orang Tua terhadap Kreativitas Anak
a.
Beberapa Faktor Penentu
Menurut
Amabile ialah :
·
Kebebasan
Dalam
hal ini orang tua saya memberikan kepercayaan penuh kepada saya. Tidak
otoriter, tidak selalu mengawasi anaknya, dan mereka tidak membatasi kegiatan
saya.
·
Respek
Orang
tua saya sangat respek terhadap saya, menghormati segala tindakan dan perilaku
yang saya lakukan, percaya sepenuthnya akan kemampuan yang saya miliki.
· Prestasi, Bukan Angka
Orang
tua saya menghargai setiap prestasi yang saya miliki. Mendorong setiap
usaha-usaha yang saya lakukan dan mencapainya dengan cara imajinasi dan
kejujuran. Hal itu yang lebih ditekankan.
· Menghargai kreativitas
Anak
yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal
yang kreatif.
b. Orang Tua
Sebagai Model
Orang tua merupakan model yang sangat
penting untuk kreatif yang memusatkan perhatian terhadap bidang minatnya, yang
menunjukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat, dan motivasi
intrinsik. Orang tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang
paling mendalam dengan mendorong anak melakukan kegiatan yang beragam,
menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Minat anak dapat berkembang
dan dapat berubah dengan berselangnya waktu. Orang tua hendaknya dapat
menghargai minat intrinsik anak, dan menunjukkan perhatian dengan melibatkan
diri secara intelektual dengan baik, mendiskusikan masalah, mempertanyakan, menjajaki, dan
mengkaji.
c. Sikap Orang Tua yang Menunjang dan yang Tidak
Menunjang Pengembangan Kreatif Anak
Sikap
orang tua yang memupuk kreativitas anak yaitu:
·
Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkannya
·
Memberi waktu kepada anak untuk berpikir,
merenung, dan berkhayal
·
Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri
·
Menunjang dan mendorong kegiatan anak
·
Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
Sikap
orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak yaitu:
·
Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak
·
Orang tua memberi saran-saran spesifik tentang
penyelesaian tugas
·
Orang tua tidak sabar dengan anak
·
Orang tua dan anak adu kekuasaan
·
Orang tua kritis terhadap anak dan menolak
gagasan anak
B.
PERANAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS
ANAK
1. Persiapan
Guru Anak Berbakat
Seperti
Program Bergelar
a.
Mengetahui tentang sifat dan kebutuhan anak
berbakat
b.
Mengetahui tentang kebutuhan afektif dan
kognitif dari anak berbakat
c.
Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
pemecahan masalah secara kreatif
2. Karakteristik
mentor
a.
Mempunyai keterampilan, minat, atau kegiatan
khusus yang menarik minat siswa
b.
Bersifat fleksibel dalam membantu kegiatan siswa
c.
Model peran bagi siswa
3. Hubungan
mentor dengan siswa
Menurut
Boston (1987), menyimpulkan :
a.
Program mentor dalam pendidikan anak berbakat
haruslah berakar dalam belajar eksperimental
b.
Baik mentor maupun siswa berbakat melibatkan
diri dalam komitmen dwi rangkap (Dual commitment)
c. Program mentor untuk siswa berbakat haruslah
berakir terbuka dalam arti member kemungkinan untuk mempertimbangkan berbagai
kemungkinan pemecahan masalah
d.
Instruksi dan evaluasi haruslah berdasarkan
kompetensi
4. Membangkitkan
Kreativitas di Sekolah
a.
Sikap guru
Cara
yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan
mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan anak
untuk bisa diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas.
b.
Falsafah Mengajar
·
Belajar adalah sangat penting dan sangat
menyenangkan
·
Anak patut dihargai dan disayangi sebagai
pribadi yang unik
·
Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam
kelas
·
Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif
·
Kerja sama selalu lebih dari pada kompetisi
5. Strategi
Mengajar
a. Penilaian
·
Memberikan umpan balik yang brarti daripada
evaluasi yang abstrak dan tidak jelas
·
Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka
sendiri dan belajar dari kesalahan mereka
· Penekanannya hendaknya terhadap “Apa yang telah
kau pelajari?” dan bukan pada “Bagaimana kau melakukannya?”
b. Hadiah
Anak
senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk
memperolehnya, dan itu masalahnya. Hadiah terbaik untuk pekerjaan yang baik
adalah yang tidak berupa materi (intangible), seperti : senyuman atau anggukan,
kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempersentasikan pekerjaan
sendiri dan pekerjaan tambahan.
c. Pilihan
Memberikan
kesempatan kepada anak untuk memilih karena anak memerlukan arah tujuan.
C.
PERANAN MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS
1. Kebudayaan
yang “Creativogenic”
Kebudayaan
yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan perkembangan kreativitas
Arieti
mengemukakan Sembilan faktor sosiokultural yang “Creativogenic” :
a.
Tersedianya sarana kebudayaan
b.
Kebudayaan “Creativogenic” adalah keterbukaan
terhadap rangsangan kebudayaan
c.
Penekanan pada “becoming” (menjadi tumbuh),
tidak hanya pada “being” (sekadar berada)
d. Memberikan kesempatan bebas terhadap media
kebudayaan bagi semua warga Negara, tanpa diskriminasi
e. Timbulnya kebebasan atau paling tidak hanya ada
diskriminasi yang ringan setelah pengalaman tekanan dan tindaasan yang keras,
merupakan insentif atau tantangan terhadap pertumbuhan kreativitas.
f.
Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang
berbeda, bahkan yang kontras
g.
Toleransi dan minat terhadap pandangan yang
divergen
h.
Adanya interaksi antara pribadi-pribadi yang
berarti
i.
Adanya insentif, penghargaan atau hadiah
2. Kebudayaan
Indonesia
dan Pengembangan Kreativitas
a. Menurut Toeti Noerhadi (1983) dalam bahasannya
tentang kreativitas dan evolusi budaya, sejarah manusia dapat dikembalikan pada
interaksi antara dua gerak psikologi yaitu yang bersifat pengendalian
konservatif (terkait adat-sitiadat serta tradisi yang menjamin kontinuitas
kebudayaan) dan suatu daya kreatif yang mempertanyakan pengalaman masa lalu dan
menghadapi tantangan pembaruan.
b. Menurut Soemardjan (1981) menekankan bahwa
“orang yang benar-benar kreatif memiliki sistem nilai dan sistem apresiasi
hidup sendiri yang mungkin tidak sama dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat
ramai. Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu dan bukan merupakan
sifat sosial yang dihayati oleh masyarakat.”
c. Harsya Bachtiar memaparkan kebutuhan sosial akan
kreativitas yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola, atau sistem yang
baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa
memenuhi kebutuhan.
d. Mochtar Lubis (1983) menegaskan bahwa salah satu
persyaratan utama bagi berkembangnya kreativitas suatu bangsa adalah adanya
kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat
kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak dasar
manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
e. Takdir Alisjahbana (1983) menyimpulkan, bahwa
“kebudayaan Indonesia yang baru adalah suatu penjelmaan dari kebudayaan dunia
yang sedang tumbuh, yang lebih nyata menjelmakan kesatuan budi umat manusia di
bumi yang satu, yang menjadi kecil oleh kemajuan ilmu dan teknologi, yang
melahirkan alat-alat komunikasi dan lalu lintas yang cepat, sehingga semua
manusia menjadi tetangga yang senasib dan seharapan.
3. Memanfaatkan
Sumber dalam Masyarakat
a. Menyediakan kombi atau bus yang dapat menjadi
laboratorium mobil yang dapat membawa siswa ke lapangan
b. Menghubungi perhimpunan orang-orang yang sudah
pensiun atau lanjut usia
c. Menghubungi orang tua yang dapat mengajar dalam
bidang minat mereka
d. Memanfaatkan fasilitas perusahaan yang letaknya
dekat dengan sekolah
e. Menggunakan tape recorder yang memungkinkan siswa menjajaki daerah tertentu untuk melakukan survei atau mengkaji topic tertentu
e. Menggunakan tape recorder yang memungkinkan siswa menjajaki daerah tertentu untuk melakukan survei atau mengkaji topic tertentu
f.
Mengunjungi perusahaan telepon
g.
Mengunjungi stasiun televisi
KESIMPULAN
kesimpulan
tentang bahasan ini adalah dalam ketiga peranan tersebut yang paling
berpengaruh mengembangkan kreativitas yang ada pada diri saya adalah peranan
keluarga saya. Hal diatas sudah menjelaskan peran-peran apa saja yang sudah
dilakukan keluarga saya untuk dapat mengembangkan kreativitas saya. Kreativitas
anak terbentuk melalui hubungan keluarga
yang terjalin dengan baik didalamnya baik itu seperti bersikap,
berperilaku dan saling mendorong satu sama lain untuk dapat sukses bersama.
Sedangkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat kurang mempengaruhi dalam
mengembangkan kreativitas saya. Mereka hanya mengajarkan hal-hal umum saja
seperti memberikan aturan-aturan dalam peningkatan kreativitas, dan seperti
harus belajar dengan baik tidak seperti lingkungan keluarga yang mengajarkan
mulai dari hal-hal kecil misalnya “untuk dapat dihargai orang lain terlebih
dahulu harus mampu menghargai diri sendiri”. Jadi, Lingkungan sekolah dan
masyarakat tersebut hanya wadah tempat kita mensalurkan apa yang diajarkan di
lingkungan keluarga yaitu berbagi pengalaman dengan orang-orang selain yang
berada dilingkungan keluarga .