BAB I
: DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN, DAN KONSEP KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS
A.
Dasar
Pertimbangan untuk Pengembangan Kreativitas
1. Hakikat
Pendidikan
Pendidikan sangat menentukan
perkembangan dan perwujudan diri individu. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah
menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat
dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat..
pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina)
serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut, termasuk
dari mereka yang berbakat istimewa
atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (the gifted and
talented).
2. Kebutuhan
akan Kreativitas
Ditinjau
dari aspek kehidupan mana pun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa.
Baik itu dalam menghadapi tantangan dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik,
maupun dalam bidang budaya dan sosial. Guilford (1950) dalam pidato
pelantikannya sebagai presiden dari America Psychological Association, bahwa :
“Keluhan yang paling banyak saya
dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu
melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang
diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara
yang baru”.
Guilford
menekankan penelitian dalam bidang kreativitas sangat kurang. Perhatian utama
terhadap kreativitas dan kesadaran akan pentingnya bagi dunia ilmu pengetahuan
datang dari bidang di luar psikologi. Banyak departemen pemerintah mencari
orang-orang yang memiliki potensi kreatif-inventif.
3. Kendala
dalam Pengembangan Kreativitas
Salah
satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian
tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar
biasa atau genius.
Kendala
konseptual lainnya terhadap “gerakan kreativitas” terletak pada alat-alat ukur
(tes) yang biasanya dipakai di sekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi
tradisional yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar, dan tes prestasi
belajar untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan.
4. Hubungan
Kreativitas – Intelegensi
Apakah
orang yang intelegensinya tinggi juga kreatif, atau apakah orang yang kreatif
selalu mempunyai intelegensi yang tinggi?. Dalam pidato Guilford yang terkenal
pada tahun 1950, model structural
intelektual, tampak perhatian terhadap kreativitas, termasuk hubungan
antara kreativitas dan intelegensi sangatlah meningkat, khususnya sejauh mana
intelegensi berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Model ini membedakan
antara berpikir konvergen dan divergen. Kemampuan berpikir konvergen mendasari
tes intelegensi tradisional dan kemampuan berpikir divergen merupakan indikator
dari kreativitas.
B.
Dasar
Pertimbangan untuk Pendidikan Anak Berbakat
Beberapa pertimbangan
atau alasan (rasional) mengapa pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat
perlu, yaitu :
1. Keberbakatan tumbuh
dari proses interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan pembawaan dan
prosesnya.
2. Pendidikan atau
sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk
mengembangkan potensinya sepenuhnya.
3. Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat
dalam perkembangannya, jika mereka tidak
memungkinkan untuk maju lebih cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai
dengan kemampuannya, sering mereka menjadi bosan, jengkel, atau acuh tak acuh.
4. Anak dan remaja berbakat merasa bahwa minat
dan gagasan mereka sering berbeda dari
teman sebaya, sehingga hal ini dapat membuat mereka merasa terisolasi, merasa
dirinya “lain daripada yang lain”
C.
Konsep
Kreativitas
1. Kreativitas
dan Aktualisasi Diri
Menurut
psikolog humanistic seperti Abrahan Maslow dan Carl Rogers, aktualisasi diri
adalah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi
apa yang ia mampu menjadi- mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.
Menurut
Maslow (1968) aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu
potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi yang
sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan
2. Konsep
Kreativitas dengan Pendekatan Empat P
a. Defenisi
Pribadi
Menurut
Hulbeck (1945) “Creative action is an
imposing of one’s own whole personality
on the environment in an unique and characteristic way”. Tindakan kreatif
muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
“three-facet
model of creativity” oleh Sternberg (1988), yaitu kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif,
dan kepribadian/motivasi.
Dimensi
kepribadian/motivasi meliputi cirri-ciri seperti fleksibilitas, toleransi
terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan,
keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.
b. Defenisi
Proses
Defenisi
proses yang terkenal adalah defenisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang
pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu :
“the process of 1) sensing
difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked;
2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3)
evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising and
retesting them; and finally 5) communicating the results”.
c. Defenisi
Produk
Defenisi
produk menurut Barron (1969) yang menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru”. Roger
(1982) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif adalah :
1. Produk
itu harus nyata (observable)
2. Produk
itu harus baru
3. Produk
itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
d.
Defenisi “Press”
Adanya dorongan
internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau
bersibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial
dan psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar