Rabu, 25 September 2013

PENGEMBANGAN KREATIVITAS 1





BAB I : DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN, DAN KONSEP KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS

A.    Dasar Pertimbangan untuk Pengembangan Kreativitas

1.      Hakikat Pendidikan
Pendidikan sangat menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.. pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (the gifted and talented).

2.      Kebutuhan akan Kreativitas
Ditinjau dari aspek kehidupan mana pun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. Baik itu dalam menghadapi tantangan dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik, maupun dalam bidang budaya dan sosial. Guilford (1950) dalam pidato pelantikannya sebagai presiden dari America Psychological Association, bahwa :

“Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut  memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru”.

Guilford menekankan penelitian dalam bidang kreativitas sangat kurang. Perhatian utama terhadap kreativitas dan kesadaran akan pentingnya bagi dunia ilmu pengetahuan datang dari bidang di luar psikologi. Banyak departemen pemerintah mencari orang-orang yang memiliki potensi kreatif-inventif.

3.      Kendala dalam Pengembangan Kreativitas
Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius.
Kendala konseptual lainnya terhadap “gerakan kreativitas” terletak pada alat-alat ukur (tes) yang biasanya dipakai di sekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi tradisional yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar, dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan.

4.      Hubungan Kreativitas – Intelegensi
Apakah orang yang intelegensinya tinggi juga kreatif, atau apakah orang yang kreatif selalu mempunyai intelegensi yang tinggi?. Dalam pidato Guilford yang terkenal pada tahun 1950, model structural intelektual, tampak perhatian terhadap kreativitas, termasuk hubungan antara kreativitas dan intelegensi sangatlah meningkat, khususnya sejauh mana intelegensi berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Model ini membedakan antara berpikir konvergen dan divergen. Kemampuan berpikir konvergen mendasari tes intelegensi tradisional dan kemampuan berpikir divergen merupakan indikator dari kreativitas.

B.     Dasar Pertimbangan untuk Pendidikan Anak Berbakat

Beberapa pertimbangan atau alasan (rasional) mengapa pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu :

1. Keberbakatan tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan yang  merangsang dan kemampuan pembawaan dan prosesnya.
2. Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan    pendidikan yang sama kepada semua anak untuk mengembangkan potensinya sepenuhnya.
3.  Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat dalam perkembangannya, jika  mereka tidak memungkinkan untuk maju lebih cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai dengan kemampuannya, sering mereka menjadi bosan, jengkel, atau acuh tak acuh.
4.  Anak dan remaja berbakat merasa bahwa minat dan gagasan mereka sering  berbeda dari teman sebaya, sehingga hal ini dapat membuat mereka merasa terisolasi, merasa dirinya “lain daripada yang lain”

C.    Konsep Kreativitas

1.      Kreativitas dan Aktualisasi Diri
Menurut psikolog humanistic seperti Abrahan Maslow dan Carl Rogers, aktualisasi diri adalah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi- mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.
Menurut Maslow (1968) aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi yang sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan

2.      Konsep Kreativitas dengan Pendekatan Empat P
a.       Defenisi Pribadi
Menurut Hulbeck (1945) “Creative action is an imposing of one’s own  whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan  keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
“three-facet model of creativity” oleh Sternberg (1988), yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
Dimensi kepribadian/motivasi meliputi cirri-ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.

b.      Defenisi Proses
Defenisi proses yang terkenal adalah defenisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu :
“the process of 1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising and retesting them; and finally 5) communicating the results”.

c.       Defenisi Produk
Defenisi produk menurut Barron (1969) yang menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru”. Roger (1982) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif adalah :
1.      Produk itu harus nyata (observable)
2.      Produk itu harus baru
3.  Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

d.      Defenisi “Press”
Adanya dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar